PALU, MERCUSUAR – Sempat booming ditahung 2015, penjualan batu akik kini tinggal beberapa yang bertahan dikarenakan banyak yang berhenti berjualan akibat sekarang sepi pengunjung.
Salah seorang yang masih bertahan Yunisman, selaku pecinta batu akik yang berjualan di jalan nangka, mengatakan Ia sudah berjualan batu akik sejak tahun 2014 sebelum masyarakat demam batu akik enam tahun silam ia tetap bertahan sampai sekarang karena hobi dan suka mengkoleksi batu akik.
“Saya menjual batu akik sebelum booming, waktu booming itu orang berantusias bajual karena ada hal baru makanya banyak mengikut saja, tapi memang awalnya saya juga ikut ikut saya liat ada peluang bagus dan saya juga menyukai bisa menghasilkan juga makanya bisa bertahan dan tetap eksis di dunia perbatuan,” Ungkapnya. Kamis (14/10/2021).
Yunisman yang pekerjaan utamanya sebagai guru olahraga mengatakan, batu akik yang dipamerkan dimulai dari harga 150ribu hingga 5juta, tetapi tujuannya berjualan batu akik bukan semata mata untuk mengejar omsetnya tetapi bagaimana rasa mengangumi dan bersyukur terhadap pencipta alam bisa menghasilkan batu alam yang berbagai rupa warna dan jenis.
“Kalau main di dunia batu kadang 1 2 hari tidak laku tidak masalah kadang laku yang bisa menutupi penjualan selama satu bulan karena nilai tidak bisa diprediksi urusan harga belakangan yang terpenting orang suka dulu, kalau orang suka biar harganya 10 juta pasti dia ambil, harga itu relatif yang penting suka sama suka,”Ujarnya.
Terakhir, harapannya agar pemerintah ikut andil membantu seniman jalanan khususnya pengrajin batu akik, seperti menyediakan tempat atau mengadakan pameran agar batu akik bisa banyak dikenal oleh masyarakat awam.
“Kami tidak bisa bergerak sendiri tanpa dukungan atau bantuan pemerintah tolonglah bantu kami para pengrajin seniman jalanan batu akik,” ujarnya. MG2