SOROWAKO, MERCUSUAR — Di tengah meningkatnya permintaan global terhadap mineral kritis untuk transisi menuju energi bersih, tata kelola pertambangan menjadi sorotan yang tidak lagi bisa ditawar. Di Indonesia, perhatian itu mengerucut pada PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale), bagian dari Grup MIND ID, yang selama bertahun-tahun menekankan bahwa operasi tambang hanya bisa disebut berhasil bila alam tetap terjaga dan masyarakat sekitar mengalami kemajuan. Komitmen tersebut kembali diuji dan dikukuhkan lewat kunjungan strategis Sigit Reliantoro, Deputi Bidang Tata Lingkungan dan Sumber Daya Alam Berkelanjutan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Kunjungan Sigit ke Sorowako bukan sekadar agenda formal, melainkan bentuk pengawasan langsung terhadap bagaimana prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) diterjemahkan dalam praktik operasional. Sebagai pejabat tinggi yang bertanggung jawab atas tata lingkungan nasional, kehadirannya membawa mandat untuk memastikan bahwa industri pertambangan besar, seperti PT Vale berjalan seiring dengan perlindungan keanekaragaman hayati, penurunan emisi, dan tata kelola berkelanjutan.
Kehadiran Sigit juga menegaskan bahwa pemerintah memandang PT Vale sebagai salah satu mitra strategis dalam membangun standar pertambangan global di Indonesia. Di tengah dinamika industri nikel yang kian kompetitif, kunjungan ini menjadi cerminan bahwa Sorowako bukan sekadar lokasi tambang, melainkan laboratorium keberlanjutan nasional.
Sorowako menyambut rombongan Deputi Sigit dengan hamparan area reklamasi progresif yang telah dikelola selama bertahun-tahun oleh PT Vale. Salah satu lokasi yang mendapat perhatian khusus adalah kawasan di sekitar Danau Matano, yang dikenal sebagai salah satu dari danau terdalam dan terjernih di dunia. Panorama yang terjaga menjadi bukti bahwa kegiatan tambang tidak selalu identik dengan kerusakan lingkungan.
Deputi Sigit menyaksikan bagaimana reklamasi progresif dijalankan bukan sebagai kewajiban formal, tetapi sebagai bagian dari disiplin operasional. Penataan landscape, penanaman spesies lokal, hingga pemantauan kualitas air menunjukkan bahwa prinsip keberlanjutan telah melekat dalam proses kerja PT Vale sejak tahap perencanaan.
“PT Vale sudah menunjukkan cara penambangan dengan reklamasi yang progresif. Lokasi yang dekat dengan Danau Matano menunjukkan kondisi danau yang terjaga, menjadi bukti pengelolaan tambang yang baik. Ini adalah contoh best practice penambangan,”
— Sigit Reliantoro, Deputi KLH.
Pengakuan tersebut bernilai penting. Dalam konteks global, dunia tengah menuntut industri ekstraktif untuk menjawab tantangan lingkungan dengan inovasi dan disiplin. Sorowako menjadi salah satu contoh nyata bahwa hal itu bukan mustahil.
Post-Mine Economy
Agenda kunjungan tidak berhenti pada aspek ekologis. Sigit juga meninjau program-program post-mine economy yang menjadi visi jangka panjang PT Vale. Salah satu yang mendapat perhatian adalah kebun nanas Ponda’ta di Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda. Lahan yang dulunya kritis dan rawan kebakaran kini berubah menjadi kawasan produktif yang menopang sumber penghidupan baru bagi warga.
Program ini menjadi cerminan dari prinsip ESG: keberlanjutan tidak berhenti ketika seluruh ore telah ditambang. Ia harus menjawab pertanyaan besar: bagaimana masyarakat hidup setelah tambang selesai?
“ESG untuk pertambangan adalah menyiapkan ekonomi pasca tambang sehingga kehidupan masyarakat sekitar tetap bertahan dengan ekonomi dan kesejahteraan yang lebih baik setelah tambang selesai,” ujar Sigit usai meninjau kebun nanas.
Pendekatan ini tidak hanya sejalan dengan mandat negara, tetapi juga menjadi model baru bagi industri tambang nasional yang masih mengandalkan pendekatan tradisional dalam pembangunan masyarakat.
Kunjungan ini dilaksanakan di tengah momentum positif PT Vale setelah mencatat kemajuan signifikan dalam kinerja ESG menurut lembaga penilai internasional Sustainalytics. Skor risiko ESG perusahaan turun dari 29,8 menjadi 23,7, atau membaik –5,7 poin hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.
Capaian tersebut menempatkan PT Vale di jajaran belasan perusahaan pertambangan logam terdiversifikasi dengan risiko ESG terendah di dunia. Artinya, perusahaan tidak sekadar mengejar standar global, tetapi mulai memimpin dalam implementasi ESG di sektor nikel internasional.
Direktur Utama dan CEO PT Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menegaskan bahwa keberlanjutan bukanlah kampanye, melainkan cara bekerja yang dibangun melalui dialog terus-menerus antara perusahaan, regulator, dan masyarakat.
Baginya, kunjungan Deputi KLH bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi mekanisme penting untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi berjalan sebagaimana mestinya. Ia menegaskan bahwa keberhasilan ESG hanya dapat dicapai bila seluruh pemangku kepentingan memiliki visi yang selaras.
Sebagai tindak lanjut dari kunjungan tersebut, PT Vale menyiapkan laporan resmi berisi rekomendasi, temuan, dan langkah implementasi yang akan dijalankan selama beberapa bulan ke depan. Perusahaan juga tengah memperluas program pengembangan masyarakat dan reklamasi sebagai bagian dari visi “Reklamasi dan Kemandirian 2030”, sebuah roadmap yang akan diperkenalkan secara lebih luas untuk menegaskan bagaimana Indonesia dapat memimpin transformasi pertambangan berkelanjutan.
Sorowako dan Standar Baru Tambang Indonesia
Kunjungan Deputi KLH ini mempertegas bahwa PT Vale berada pada jalur yang tepat dalam memadukan operasi kelas dunia dengan kepedulian ekologis dan pemberdayaan sosial. Dari reklamasi progresif di lereng-lereng Sorowako hingga kebun nanas yang menjadi simbol kebangkitan ekonomi masyarakat, setiap langkah perusahaan menunjukkan bahwa keberlanjutan bukan sekadar janji, melainkan proses nyata yang terukur.
Di tengah kompetisi global dan kebutuhan dunia terhadap nikel untuk baterai kendaraan listrik, standardisasi praktik pertambangan hijau menjadi semakin penting. Dan Sorowako melalui pengelolaan PT Vale kini menjelma menjadi rujukan nasional, bahkan internasional.
Dengan komitmen yang konsisten, peningkatan kinerja ESG yang terbukti, dan hubungan yang erat dengan regulator, PT Vale kini melangkah lebih jauh sebagai salah satu produsen nikel paling berkelanjutan di dunia dan menjadi contoh bagaimana industri ekstraktif Indonesia dapat membangun jejak masa depan yang lebih bersih, adil, dan berdaya saing.TIN






