PALU, MERCUSUAR – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng merilis Indeks Harga Konsumen (IHK). Pada bulan Juli Kota Palu mengalami deflasi (penurunan harga komoditas) 0,68 persen. Penurunan indeks harga terjadi pada kelompok transport yaitu penurunan harga tiket pesawat yang dilakukan maskapai.
Selain penurunan kelompok transport, penurunan bahan makanan turut menurunkan indeks dari 151,55 pada Juni menjadi 150,09 pada Juli. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil negative terhadap inflasi sebesar 0,20 persen. Penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan,kacang-kacangan.
Kepala BPS Sulteng, Faizal Anwar mengatakan deflasi atau penurunan harga baik tetapi jika terus mengalami penurunan tidak baik bagi kegiatan produksi, berakibat pada melemahnya daya saing industry.
Menurut Faizal, deflasi Kota Palu pada Juli menjadi satu-satunya capaian deflasi bulan Juli dalam kurun tiga tahun terakhir. Periode Juli 2017 dan 2018 Kota Palu mengalami inflasi masing-masing 0,05 persen dan 0,20 persen. Perbedaan pola yang cukup signifikan tahun ini disebabkan oleh cukup tingginya andil penurunan tariff angkutan udara. Inflasi YonY Juli 2018 hingga Juli 2019 sebesar 4,40 persen lebih tinggi dibandingkan inflassi YonY periode 2018 sebesar 3,77 persen.
“Pantauan dari 82 kota pantauan IHK nasional, sebanyak 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,88 persen dan terendah di Kota Makassar sebesar 0,01 persen. Kota Tual mengalami deflasi tertinggi sebesar 1,55 persen, sementara Kota Gorontalo mengalami deflasi terendah sebesar 0,02 persen. Kota Palu menempati peringkat ke-3 deflasi tertinggi baik nasional maupun di kawasan Sulampua. HAI