PALU, MERCUSUAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Tengah mengumumkan lima besar finalis terbaik Duta Guru Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah tingkat Sulawesi Tengah tahun 2025, Kamis (24/7/2025).
Kelima guru inspiratif tersebut berhasil lolos seleksi ketat dan akan melaju ke babak penentuan. Berikut adalah nama-nama guru yang berhasil mencapai tahap final.
Magfirah – SDN 16 Palu
Yunus – SMA Negeri 1 Ampana
Siti Nur Wahdinah – SMA Al Azhar Mandiri Palu
Farid – SMP Al Azhar Mandiri Palu
Halia – SMA Negeri 5 Palu
Kelima finalis mengikuti tahapan presentasi akhir langsung di depan dewan juri untuk menentukan siapa yang layak menyandang gelar Duta Guru CBP Rupiah Sulawesi Tengah 2025.
Babak final berlangsung secara tatap muka (offline) pada Kamis (24/7/2025), di ruangan Kasiromu BI Sulteng.
Setiap finalis melakukan edukasi/presentasi secara langsung tentang materi CBP Rupiah di hadapan para dewan juri dan penonton. Tiap peserta memiliki waktu 15 menit, termasuk perkenalan diri.
Pada akhir sesi, para peserta diminta memberikan ide, usulan, atau inovasi tentang edukasi CBP Rupiah di masa mendatang. Peserta juga dipersilakan menggunakan properti pendukung yang disiapkan masing-masing, serta diizinkan membawa pendukung maksimal 10 orang.
Penilaian para finalis akan berdasar pada tiga kriteria utama: Pemahaman dan Penguasaan materi edukasi CBP Rupiah (50%), penampilan peserta (bahasa tubuh, olah vokal, dan kepercayaan diri) (25%), dan kreativitas (25%).
Dewan juri yang akan menilai para finalis terdiri dari para ahli dan profesional: Prof. Wahyuningsih, S.E., M.Sc., Ph.D. (Dekan FEB Universitas Tadulako), Arya Tandju (MC, Profesional Public Speaking), Juri Internal Bank Indonesia, dan Guru Garda Terdepan Edukasi Rupiah.
Pahami Rupiah dari Dua Sisi
Kepala Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sulteng, Rony Hartawan, menyampaikan antusiasmenya terhadap program tersebut.
“Saya melihat guru itu sebagai garda terdepan dalam dunia pendidikan dan langsung bersentuhan kepada siswa,” ujar Rony.
Menurutnya, akan sangat bagus jika guru-guru bisa memahami tentang CBP Rupiah dalam konteks sebagai duta yang menerima training of trainers.
“Karena kalau bentuknya konvensional dalam bentuk pengajaran, karena sebagai tambahan informasi kita sudah berkordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi untuk membuat silabus CBP. Dinas sudah mengirimkan ke seluruh sekolah untuk memasukkan itu dalam pelajaran-pelajaran. Tapi, kan, harus ada yang ngajarin,” jelas Rony.
Ia menjelaskan pentingnya pemahaman rupiah dari dua sisi. Pertama, uang secara fisik, yang memengaruhi pemahaman terhadap uang palsu atau asli, seperti ciri-ciri kasar uang Rupiah. Kedua, bagaimana menjaga dan merawat Rupiah.
Selain itu, ia menekankan pentingnya membangun perilaku masyarakat untuk menjaga Rupiah agar tetap layak edar.
“Sangat berbeda sekali bagaimana kita memerlakukan uang dolar yang ada di dompet misalkan dengan uang rupiah. Kenapa, sih, kita nggak bisa bangga dengan yang punya kita untuk punya perilaku yang lebih baik gitu, ya, dalam memperlakukan Rupiah,” ucap Rony sembari menyoroti efisiensi negara yang dapat tercapai, jika biaya pencetakan uang berkurang karena uang lebih awet.
Tidak hanya berbicara tentang fisik uangnya, Rony juga menyoroti pemanfaatan uang.
“Dari statistik yang terkena dampak penipuan dan pinjol maupun judi itu juga banyak dari kalangan guru. Nah, kita mengharapkan guru ini sebagai tadi garda terdepan harusnya yang paling bisa menjadi rujukan buat siswa untuk mengetahui atau menghindari perilaku-praktik yang salah dalam konteks pemanfaatan rupiah tadi. Nah, makanya guru menjadi penting. Kalau gurunya saja tidak bisa paham, apalagi muridnya kan,” pungkasnya.
Kompetisi tersebut menjadi bagian dari Festival Rupiah Berdaulat se-Indonesia (FERBI). Pemenang tingkat provinsi akan mewakili Sulteng di ajang nasional. */HAI