PALU, MERCUSUAR – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Sulawesi Tengah (Sulteng), menggelar pertemuan para jurnalis bertajuk “Media Update” disalah satu Café di Kota Palu, Selasa (9/8/2022).
Kegiatan ini dilaksanakan OJK Sulteng dengan tujuan menyampaikan perkembangan ekonomi dan perkembangan industri jasa keuangan di Sulteng.
Kepala OJK Sulteng, Triyono Raharjo mengatakan keberadaan jurnalis dalam menyampaikan informasi mengenai industry jasa keuangan sangat penting sehingga bisa tersebar luas di masyarakat. Hal itu untuk mengimbangi informasi yang beredar di media social yang massif saat ini.
Dalam pertemuan itu, Triyono menyampaikan materi penyaluran kredit, laporan pengaduan konsumen, keberadaan pinjaman online, dan sengketa antara debitur dan kreditur dalam pembiayaan kredit kendaraan bermotor.
Pemaparan awal Triyono mengenai pertumbuhan ekonomi sulteng pada triwulan ke dua tahun ini yang bertumbuh cukup baik.
“Pertumbuhan ekonomi Sulteng, mencapai 11,7 persen pada triwulan kedua tahun ini. Angka ini jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,40 persen,” ujar Triono Raharjo dalam kegiatan bersama para jurnalis itu.
Hal ini kata dia, menandakan bahwa pemulihan ekonomi yang telah berlangsung sejak tahun 2021 di Sulteng terus berlanjut dan semakin menguat.
“Pertumbuhan ekonomi di Sulteng ini, menunjukan tanda – tanda bahwa kita akan pulih. Tentunya memang kalau ditelusuri, yah ini sangat mendorong pada industri yang saat ini menjadi pilar ekonomi di Sulteng,” ungkapnya.
Menurut Triyono Raharjo, sektor industri menjadi faktor utama meningkatnya ekonomi di Sulteng yaitu transportasi dan pergudangan sebesar 33,32 persen, industri pengelolaan 19,99 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 16,89 persen.
“Memang Sulteng saat ini menjadi daya tarik dan didekati para investor dibidang pertambangan khususnya di bagian Timur Sulteng,” terangnya.
Sementara untuk aset perbankkan di Sulteng, Triyono Raharjo hanya menyumbang kurang dari satu persen dalam pertumbuhan ekonomi yaitu berkisar diangka 0,57 persen.
Angka itu memang sangat kecil jika dibandingkan dengan dengan jumlah aset perbankkan secara nasional yang mencapai 10,308 triliun. Sedangkan Sulteng hanya 58,8 triliun saja.
“Itu artinya masih sangat jauh sekali. Hal inilah yang masih menjadi tantangan bagi kita semua, bagaimana caranya mendongkrok maupun partisipasi melalui pengembangan sektor jasa keungan khususnya diperbankkan,” terangnya.
Dijelaskan, karena aset perbankkan hanya 0,57 persen, sehingga berdampak pada sektor kreditur maupun pihak ketiga, yang sumber dananya juga tidak sampai satu persen yakni hanya 0,69 persen.
“Dana yang berhasil dikumpulkan khususnya perbankkan di Sulteng, baru mencapai 32,01 triliun, sementara nasional 10,308 triliun,” tandas Triyono Raharjo. HAI