PALU, MERCUSUAR – Pelaku usaha bawang goreng mengeluhkan berkurangnya pasokan bahan baku bawang pasca bencana yang terjadi dipenghujung September 2018 lalu.
Pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) Raja Bawang, Maryono saat ditemui di tempat produksinya di Keluarahan Birobuli, Kecamatan Palu Selatan, Kamis (18/7/2019) mengakui bahan baku bawang berkurang drastis 70 – 100 kilogram. Mensiasati minimnya pasokan bahan baku bawang, Maryono mengubah jam kerja produksi satu hari produksi bawang satu hari kemudian produksi abon, hal itu agar kegiatan produksi tetap berjalan dan pegawai tetap bisa bekerja.
“Produksi bawang kami saat ini 350 kilogram perhari dengan mempekerjakan pegawai sebanyak 12 orang,” kata Maryono.
Menurut Maryono, pasokan bahan baku bawang saat ini diambil di Poboya tetapi kualitas bawangnya kurang bagus sehingga pihaknya mencari bahan baku di daerah lain. Jeleknya bahan baku bawang berpengaruh pada kualitas bawang goring sedang pihaknya sudah memiliki standar operasi prosedur (SOP) dalam memproduksi bawang goring.
“Walaupun harga bawang yang ditawarkan dari Poboya agak rendah di bawah harga pasaran tetapi jika kualitasnya kurang bagus kami tidak terima, setelah kami sortir hanya 20 persen bahan baku bawang yang bagus. Sedang kami mempunyai SOP dalam memproduksi bawang,” tandasnya.
Hasil produk bawang goreng yang diproduksi Raja Bawang, menurut Maryono, pemasarannya sudah mencapai wilayah Sulawesi, Jawa, Kalimantan dan pihaknya pernah menjadi IKM teladan dari Kementerian Perindustrian. Atas prestasi ini IKM Raja Bawang diikutsertakan dalam pameran produk dalam negeri di Hongkong beberapa waktu lalu.
“Pangsa pasar kami 25 persen domestik dan 75 persen luar kota,” pungkasnya. HAI