PALU, MERCUSUAR – Penyebab Kenaikan harga kedelai dikarenakan pasokan dari Amerika Serikat (AS) menipis dampak pandemi COVID-19. Selain itu ada beberapa faktor yaitu rupiah melemah, faktor alam dan isu global. Salah satu pengrajin tahu di Kota Palu berharap kedelai lokal bisa dijadikan momentum untuk bangkit.
Menurut Safran, salah seorang pemilik pabrik tahu di Jalan Jati, Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, ia merasakan dampak dari naiknya harga kedelai yang mengharuskannya menaikkan harga jual tahu yang awalnya satu cetakan Rp40 ribu kini naik menjadi Rp42 ribu tetapi hal tersebut tidak mengurangi daya beli masyarakat berkurang. Kamis (16/9/2021).
“Awalnya kenaikan kedelai penjualan menurun, tetapi sekarang sudah lebih stabil karena lama lama konsumen terbiasa dengan harga yang sekarang,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, kenaikan harga kedelai yang awalnya Rp8 ribu menjadi Rp11ribu itu cukup berat, sedangkan untuk kedelai lokal sendiri hanya berkisar Rp9-Rp10ribu yang membuat petani bergairah untuk menanam kedelai walau belum mampu memenuhi permintaan pasar.
“kita sekarang berharap dari penanaman lokal karena impor masih mahal, ada hikmah terselubung juga untuk petani walau mereka belum bisa menyediakan keledai yang dipasarkan tapi itu sudah membantu,” jelasnya.
Lanjutnya, mereka juga dapat mengelola kedelai lokal menjadi tahu yang bagus dan malah senang dengan adanya kedelai lokal walaupun banyak pertimbangan tetapi semua bisa terealisasi kan dengan adanya keterlibatan pemerintah.
“Kita sebenarnya bisa memproduksi kedelai lokal tetapi harus tersedia seperti kadar air yang harus sama seperti kedelai impor 13 persen, harus ada teknologi pasca panen alat yang bisa mengeringkan, ada tempat pengeringan untuk kedelai karena kalau mau berharap dengan impor tidak akan bisa maju kalau begini terus” jelasnya.MG2/RES