PALU, MERCUSUAR – Pelaku usaha berharap pemerintah segera membantu pemulihan kondisi ekonomi Kota Palu, Donggala, dan Sigi. Pasalnya, daya beli masyarakat pascagempabumi 28 September lalu belum sesuai harapan.
Sekretaris DPC Himpunan Wiraswasta Nasional (Hiswana) Migas Sulteng, Ridwan Rahim mengakui kondisi perekonomian Kota Palu saat ini berbeda jauh dengan beberapa bulan sebelumnya. Hal ini membuat kegiatan bisnis lesu sehingga aktivitas kegiatan untuk membuka usaha baru terhenti sejenak untuk melihat kondisi ekonomi tahun depan.
Dikatakan, beberapa pemilik Stasiun Pengisian Bahan Barak Umum (SPBU) di Kota Palu yang terkena dampak bencana mengalami kerugian yang tidak sedikit. Sementara pihak asuransi tidak menanggung kerugian karena polis asuransi pemegang polis berbeda dengan yang diambil. Seperti SPBU yang terkena tsunami tetapi polis yang diambil adalah polis kebakaran dan polis jiwa serta bencana. Polis bencana ini terpisah dengan polis tsunami.
Menurut Ridwan, pengusaha membutuhkan dana untuk memulihkan usahanya karena tanpa dukungan dana yanga cukup, sulit untuk membangun dan mengembangkan usaha sedia kala.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulteng, Jemmy Hosan mengatakan rendahnya daya beli masyarakat diperberat dengan naiknya harga–harga barang karena naiknya biaya transportasi. Layanan Pelabuhan Pantoloan sebagai pintu gerbang masuknya barang dari luar Kota Palu terganggu karena alat bongkar muat mengalami kerusakan sehingga kapal besar pengangkut barang kebutuhan enggan untuk berlabuh dengan alasan proses bongkar muat di pelabuhan membutuhkan waktu lama. Ini berakibat pada kenaikan ongkos sewa dan dibebankan kepada distributor.
Kedua pengusaha itu berharap kondisi ekonomi Palu dan sekitarnya segera pulih sehingga roda ekonomi bisa bergerak kembali dan pengusaha bisa membuka lapangan usaha bagi masyarakat yang terkena bencana. HAI