PALU, MERCUSUAR – Sulawesi Tengah (Sulteng) menjadi salah satu penerima program pembinaan IKM di sentra, melalui pendekatan One Village One Product (OVOP). IKM OVOP sendiri, merupakan program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (RI).
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Gati Wibawaningsih, dalam pembukaan Sosialisasi Program Pembinaan IKM di Sentra melalui Pendekatan OVOP Sesi III di Mataram, yang juga mencakup wilayah Sulawesi dan Maluku, Jumat (27/11/2020) mengatakan, dalam persiapan menghadapi pasar nasional dan global, IKM OVOP akan difasilitasi perbaikan desain kemasan, serta dibekali materi promosi dan publikasi, sebagai bentuk re-branding dari produk OVOP. IKM OVOP juga akan diikutkan pada pelatihan ekspor yang selanjutnya pada tahap tinggal landas, IKM OVOP akan difasilitasi partisipasi pada pameran berskala nasional maupun internasional serta business matching dengan buyer potensial.
Anyaman merupakan salah satu komoditas yang menjadi sasaran pembinaan, melalui pendekatan OVOP. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, nilai ekspor produk anyaman Indonesia mencatatkan angka sebesar USD 96,2 milyar dan pertumbuhan sebesar 6,18% pada kurun waktu 2015-2019, dengan negara tujuan utama Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris dan Spanyol.
Salah satu narasumber pada sosialisasi tersebut, Mawar Art Shop, yang memproduksi aneka produk anyaman dari tanaman ketak membuktikan, produk yang memiliki kearifan lokal yang tinggi mampu untuk bersaing di pasar global, di mana Japan External Trade Organization (JETRO) meliriknya untuk dijadikan salah satu IKM binaan, pada kerangka kerja sama dengan Ditjen IKMA.
“Tahun 2010, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (JETRO) melakukan pembinaan IKM dengan 3 (tiga) daerah sasaran, yaitu Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bali dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di NTB fokus pembinaan pada komoditas tenun dan anyaman ketak, dimana Mawar Art menjadi salah satu IKM yang dibina,” ujar Gati.
Selama menjadi binaan Ditjen IKMA dan JETRO, Mawar Art Shop telah berpartisipasi pada pameran Tokyo Gift Show pada tahun 2011 dan 2012. Setelahnya, Mawar Art Shop semakin percaya diri dan terus berpartisipasi pada pameran internasional lainnya seperti Seoul Gift Show di Korea, Hong Kong Fashion Week di Hong Kong, sampai dengan Madrid Intergift di Madrid, hingga akhirnya berhasil mendapatkan buyer tetap dan berhasil melakukan ekspor secara langsung ke Jepang dan Korea dan Amerika Serikat secara tidak langsung.
“Mawar Art Shop menjadi contoh bahwa produk dengan nilai kearifan lokal yang tinggi memiliki segmen pembeli di pasar global. Dengan tekad yang kuat, konsistensi dan kreatifitas yang tinggi, IKM OVOP dapat berbicara lebih banyak di pasar nasional dan global,” ungkap Gati.
Program Pembinaan IKM di Sentra melaui Pendekatan One Village One Product (OVOP) berangkat dari 3 (tiga) prinsip dasar, yaitu produksi lokal namun bersifat global, kemandirian dan kreatifitas dan pembangunan sumber daya manusia. Hal tersebut berarti bahwa IKM OVOP diharapkan mampu mengolah potensi lokal suatu daerah menjadi produk yang dapat diterima secara global, dimana pada akhirnya mendorong masyarakat menjadi mandiri dan termotivasi untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi perubahan sehingga dapat mentransformasikan tantangan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan.
Prinsip dasar tersebut yang terus didengungkan oleh Mr. Hiramatsu yang dianggap sebagai Bapak OVOP, ketika sejak awal mengembangkan OVOP di Prefektur Oita Jepang hingga akhirnya diadopsi oleh berbagai negara di dunia, khususnya di Kawasan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia pada suatu seminar OVOP di Bali pada tahun 2009 yang turut dihadiri oleh perwakilan berbagai negara yang juga telah mengadopsi pendekatan OVOP.
Program pembinaan IKM di sentra melalui pendekatan OVOP sejak pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan sekarang terus mengalami perkembangan. Program tersebut telah berhasil mengangkat IKM lokal ke pasar nasional bahkan global dengan memberikan sentuhan pembinaan yang didesain pada area yang membutuhkan peningkatan.
Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka juga menyelenggarakan penganugerahan Penghargaan OVOP sejak tahun 2013 sebagai bentuk pengakuan kepada IKM OVOP dengan pemberian logo bintang OVOP sesuai dengan hasil penilaian yang dilakukan. “Penghargaan OVOP menjadi salah satu upaya branding bagi IKM berkearifan lokal tinggi yang juga menjadi motor penggerak perekonomian daerah,” tutup Gati. */JEF