PALU, MERCUSUAR – Pertumbuhan ekonomi Sulteng sedikit melambat pada triwulan II 2019. Ekonomi Sulteng tumbuh 6,62% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya 6,98% (yoy). Realisasi ini berbading dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya yang mengalami akselerasi pada triwulan II
Secara Lapangan Usaha (LU), perlambatan Sulteng disebabkan oleh kinerja tiga sektor yakni pertanian, industri pengolahan dan perdagangan yang tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. LU Pertanian hanya tumbuh 3,23% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 5,07% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng, Abdul Majid Ikram menjelaskan perlambatan ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman pangan terutama padi yang mengalami kontraksi pada teiwulan laporan. Kerusakan irigasi akibat bencana kabupaten Sigi nampak cukup mempengaruhi penurunan kinerja sektor tersebut.
“Sedangkan LU industri pengolahan juga mengalami perlambatan dari 12,64% (yoy) ke 6,86%(yoy) pada triwulan laporan. Hal ibi sebabkan oleh kinerja ekspor hilirisasi niken yakni hot-rolled-coiled (HRC) dan cold-colled-couled (CRC) yang tidak sebesar triwulan sebelumnya. Selain itu kinerja LU perdagangan juga masih tumbuh relatif rendah yakni penjualan kendaraan bermotor yang belum maksimal seiring dengan tertahannya pertumbuhan konsumsi RT pada triwulan laporan,” jelasnya.
Walaupun melambat kinerja pertumbuhan ekonomi di Sulteng masih membaik. Disisi lain terdapat beberapa LU yang justru tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. LU konstruksi tumbuh hingga 12,05%(yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya 6,05% (yoy). Tingginya pertumbuhan konstruksi ini terkonfirmasi semen di Sulteng yang mencapai 222.578 ton, tumbuh 26,23% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, LU administrasi pemerintahan juga tumbuh pesat dari 6,31% (yoy) menjadi 19,11% (yoy) pada triwulan laporan. Hal ini tentunya ditopang oleh realiasi belanja APBD dan APBN Sulteng yang sesuai polanya selalu lebih tinggi dibanding triwulan 1.RES