Balitbangda Donggala Kaji Zona Patahan Palu Koro

FOTO SEMINAR DONGGALA

DONGGALA, MERCUSUAR – Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kabupaten Donggala menggelar seminar akhir kegiatan kajian tektonik dan penelitian geologi struktur sepanjang zona patahan Palu-Koro, pascabencana gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi 2018 di Sulteng, dengan tajuk implikasinya terhadap program mitigasi bencana dan tata ruang wilayah Kabupaten Donggala dan sekitarnya.

Seminar akhir yang merupakan kerja sama Pemda Donggala dengan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini berlangsung di aula Bappeda Donggala, Kamis (08/10/2020) melalui video confrence (vidcom).

Kepala Balitbangda Donggala, Ardin T. Taiyeb menjelaskan, dasar pelaksanaan kegiatan, yaitu nota kesepahaman antara Pemkab Donggala dan Unhas Makassar, serta surat perjanjian kontrak swakelola antara Balitbangda Donggala dengan LPMP Unhas Makassar.

Adapun maksud dan tujuan dari seminar ini, untuk menjadi bahan masukan dan informasi dasar bagi Pemkab Donggala dan sekitarnya, yang merasakan dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami 2018 dalam hal arah mitigasi bencana, di sepanjang sesar Palu-Koro di masa depan. Di samping itu, seminar ini juga bertujuan untuk menjadi bahan kajian atau (referensi), dalam upaya merevisi tata ruang Pemkab Donggala dan wilayah terdampak bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.

Pengambilan sampel yang menjadi tempat (lokus) kegiatan kajian, sebanyak 70 titik yang tersebar di 11 kecamatan, yakni Tanantovea, Labuan, Sindue, Sindue Tobata, Sindue Tombusabora, Sirenja, Balaesang, Balaesang Tanjung, Dampelas, dan Sojol.

Bupati Donggala, Kasman Lassa, dalam sambutannya, menceritakan tentang sejarah bencana alam di Kabupaten Donggala, khususnya gempa bumi dan tsunami, di mana hampir seluruhnya merupakan kejadian di masa yang lalu dan terulang kembali pada 28 September 2018.

Olehnya bupati berharap, pelaksanaan kegiatan tersebut menjadi rujukan bagi pemerintah daerah, dalam mewujudkan penyelenggaraan pembangunan  tangguh bencana, melalui Donggala Nasugi Kana Masagena (Donggala Kaya, Masyarakatnya Harus Sejahtera), untuk menciptakan tuntas kebutuhan dasar (tuntas kebutuhan pangan, kebutuhan papan, dan kesehatan), tuntas pendapatan, dan tuntas usaha, termasuk dalam mewujudkan penyelenggaraan pembangunan  tangguh bencana, melalui Donggala Kanamavali (Donggala Cerdas), Donggala Kanamaseha (Donggala Sehat), Nanyama Ngapata (Kampungku yang Nyaman), Ngapaku Narisi Ante Balaa (Desaku Bebas Bencana).

Khusus untuk Nagapaku Narisi Ante Balaa ini secara filosofis diartikan masyarakat tangguh dalam menghadapi ancaman dan bahaya bencana yang dapat dilakukan, melalui menjauhkan bahaya atau ancaman dari manusia, dengan mencegah atau meminimalkan risiko dan dampak bencana.

Kemudian menjauhkan masyarakat dari bahaya atau ancaman, salah satunya melakukan relokasi permukiman yang didahului dengan memberikan sosialisasi dan pemahaman kepada masyarakat, agar secara sadar mau direlokasi dari kawasan rawan bencana.

Seminar akhir yang dihadiri Wakil Ketua I DPRD Donggala, Sahlan Tandamusu itu mendengarkan penjelasan narasumber (tim survei) dari LPMP Unhas Makassar, Prof. Dr. Adi Maulana, ST., M. Pill dan Dr. Asri Jaya serta Dr. Abdul Masyahoro melalui vidcom. HID

Pos terkait