Perempuan di Dampal Mendapat Pelatihan Kepemimpinan

PELATIHAN - Copy

DONGGALA, MERCUSUAR – Sebanyak 32 perempuan di Desa Dampal dan desa-desa lainnya se-Kecamatan Sirenja, mengikuti pelatihan kepemimpinan perempuan, Sabtu pekan lalu. Kegiatan yang merupakan program kerja Sikola Mombine bersama Pemerintah Desa Dampal ini, bertujuan untuk memperkuat kepemimpinan perempuan, dalam advokasi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Kepala Desa Dampal, Alfis K Modjorimin ini, juga dihadiri oleh kader posyandu, ketua adat dan perwakilan tokoh masyarakat. Dua fasilitator dihadirkan dalam kegiatan ini, yaitu Direktur Sikola Mombine, Risnawati dan Sekretaris jenderal Pasigala Centre, Khadafi Badjerey.

Risnawati menjelaskan, pelatihan penguatan kepemimpinan perempuan dalam advokasi seperti ini, sangat penting dilakukan bagi kaum perempuan, mengingat banyak aspirasi dan kebutuhan perempuan pascabencana, yang kurang terakomodir dengan baik. Dalam kegiatan ini, para peserta diajarkan untuk mengidentifikasi persoalan yang terjadi di wilayahnya, memetakan skema, alur dan aktor perubahan, yang dapat menjadi ruang aspirasi mereka, juga meminta mereka untuk membuat rencana tindak lanjut yang terjadi di wilayahnya.

Beberapa materi yang diajarkan pada pelatihan ini, seperti soal gender dan pentingnya kepemimpinan perempuan dalam pembangunan desa, identifikasi permasalahan perempuan dan pemetaan aktor kunci dalam kerja advokasi di desa, prinsip dan tahapan advokasi kebijakan perempuan dalam penanggulangan bencana alam, dan menyusun strategi advokasi kebijakan yang responsif gender.

Hasil identifikasi beberapa persoalan perempuan yang sampai hari ini masih terjadi di masyarakat, di antaranya kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan pada perempuan anak, pernikahan anak, perempuan kurang terlibat dalam rapat desa, dan kesulitan ekonomi.

Risnawati dalam pemaparannya mengatakan, pemerintah, utamanya di tingkat desa, cenderung kurang memperhatikan kaum perempuan. Padahal perempuan kata dia, adalah salah satu sumber daya pembangunan desa.

Sampai saat ini menurutnya, banyak orang berpikir perempuan hanya mengerjakan urusan domestik saja, seperti sumur, dapur dan kasur. Kontruksi sosial ini kata dia, menyebabkan banyak perempuan tidak memiliki akses dan kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan di tingkat desa.

“Jadi solusinya, perempuanlah yang seharusnya mendobrak dinding hambatan itu, dengan cara meningkatkan kapasitas dan pengetahuannya,” ujarnya. JEF/*

 

Pos terkait