Prof Zainal Abidin: Jaga Kerukunan Sekarang, Wariskan Kedamaian pada Anak Cucu

Banawa Selatan

DONGGALA, MERCUSUAR – Sebuah peringatan dilontarkan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag., mengenai tantangan komunikasi agama di era globalisasi, pada sosialisasi yang dilaksanakan di aula Kantor Kecamatan Banawa Selatan, Desa Watatu, Rabu (26/11/2025).

Acara ini dihadiri oleh pengurus FKUB Sulteng dari berbagai unsur perwakilan agama, bersama tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh agama, imam masjid, pendeta, serta perwakilan dari Polsek dan Koramil setempat.

Dalam Sosialisasi Penguatan Moderasi Beragama yang digelar FKUB Sulteng bekerjasama dengan Badan Kesbangpol Donggala itu, Prof Zainal menekankan bahaya menyebarkan narasi yang dapat memicu perpecahan, bahkan jika diucapkan di ruang-ruang internal.

Prof. Zainal Abidin menyoroti, salah satu tantangan terbesar dalam menjaga kerukunan saat ini adalah kesadaran hidup di era globalisasi.

“Ini era global. Di manapun kita berada, informasi tidak ada yang tertutup,” kata Prof. Zainal.

Ia mengingatkan, apa yang dibicarakan di suatu tempat bisa diketahui oleh orang di wilayah lain, bahkan secara real time.

Kondisi ini, menurutnya, menuntut kehati-hatian. Begitu juga menyangkut agama, seorang penganut agama tidak boleh sembarang bicara terkait agama yang dianut orang lain.

Ia mengingatkan bahaya terbesar pembicaraan mengenai agama orang lain, sekalipun disampaikan di ruang internal seperti masjid atau gereja, bisa dengan mudah tersebar luas, berpotensi memicu bibit-bibit kebencian di antara umat beragama.

“Jangan membicarakan agamanya orang,” seru Prof. Zainal, meminta semua pihak fokus pada keyakinan masing-masing tanpa mengusik pihak lain.

Ketua FKUB Sulteng itu sebelumnya menyampaikan, menjaga kerukunan dan kedamaian adalah warisan yang harus diperjuangkan, agar bisa dirasakan manfaatnya oleh anak cucu kita yang dapat hidup rukun damai di masa mendatang.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Prof Zainal memaparkan lima strategi kunci menciptakan kerukunan.

Strategi pertama adalah menerima perbedaan. Kita harus menerima kalau kita berbeda, baik agama, suku, bahasa, dan lainnya.

“Kenapa ada banyak perbedaan, sebab Tuhan yang ciptakan. Ada suku Kaili, suku Bugis, suku Mandar, suku Jawa dan lain-lain. Tuhan sudah menciptakan keragaman. Termasuk perbedaan agama, jangan dipersoalkan. Agama itu haknya orang untuk memilih,” jelasnya.

Kedua, mengedepankan persamaan. Fokus pada titik temu, bukan perbedaan. Menurut Prof Zainal, jangankan dengan orang yang berbeda agama, sesama penganut agama Islam pun, terdapat banyak perbedaan yang dapat disaksikan secara langsung, sehingga yang perlu dilakukan ialah mengedepankan persamaan yang ada, bukan malah memperuncing perbedaan.

“Cari saja persamaannya. Tidak usah cari perbedaannya. Sama-sama menghadap Allah, sama-sama menghadap kiblat. Sama-sama jumlah rakaatnya. Ada yang berdoa banyak-banyak. Ada yang berdoa sendiri-sendiri. Sama-sama berdoa. Cuma ada yang banyak-banyak. Ada yang sendiri. Tidak usah mempersoalkan,” jelasnya.

Ketiga dan keempat adalah saling percaya dan saling memahami, serta moderasi beragama. Prof. Zainal menegaskan, moderasi beragama itu bukan moderasi agama.

Moderasi beragama ialah bermoderasi dalam menjalankan ajaran agama. Bukan mengubah ajaran agama.

“Alquran jangan diubah. Hadis jangan diubah. Perjanjian Lama, Perjanjian Baru jangan diubah. Tetapi pemahamannya, caranya bisa berbeda-beda,” jelasnya.

Strategi terakhir adalah kesadaran global, menyadari bahwa setiap tindakan dan ucapan memiliki konsekuensi luas di era global.

Kegiatan sosialisasi ini dibuka oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Donggala, Yusuf Lamakampali, dan turut dihadiri oleh Ketua FKUB Donggala, Hans Lage.

Acara ini menandai upaya FKUB Sulteng dan Pemda Donggala memperkuat pondasi moderasi beragama di tingkat akar rumput. */JEF

Pos terkait