‘Sulap’ Kain Bekas Jadi Gelang

FOTO PADAT KARYA TOMPE - Copy

DONGGALA, MERCUSUAR – Pekerja padat karya di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala yang didukung Relawan untuk Orang dan Alam (ROA) bekerja sama dengan United Nation Development Programme (UNDP) memanfaatkan barang berbahan kain yang berasal dari pembersihan puing-puing rumah yang hancur akibat gempa pada 28 September 2018 lalu. Kain bekas tersebut mereka ‘sulap’ menjadi gelang unik dan cantik.

Rumah yang hancur merupakan tempat tinggal sejumlah nelayan yang mendiami wilayah Pantai Desa Tompe. Menurut data terdapat kurang lebih 200 kepala keluarga (KK) yang kehilangan rumah, ditambah harus harus beradaptasi dengan naiknya air pasang yang menggenangi hunian darurat mereka.

Risnawati (35) salah satu penerima manfaat program pekerja padat karya melihat begitu barang-barang yang berserakan ketika dibersihkan. Namun dari sekian barang-barang yang berserakan, Ia lebih tertarik dengan barang berupa kain yang banyak berserakan. Bersama pekerja perempuan lainnya mulai mengumpulkan kain-kain yang berserakan di sekitar puing-puing.

“Saya lihat  banyak kain-kain yang berserakan di sekitar puing-puing dan saya ajak Salni,Eka Ranti, Raudatul Jannah,Ciu Suleman dan Miming  untuk mengumpulkan dan membersihkannya sehingga mudah untuk memilih mana yang cocok untuk dibuat kerajinan,” ungkap Risnawati.

Dia memanfaatkan waktu di malam hari bersama lainnya membersihkan kain yang mereka kumpulkan dan mulai menyiapkan peralatan, kemudian merangkainya menjadi kerajinan tangan berupa gelang tangan.

Menurutnya, untuk membuat gelang dari bahan baku kain tidaklah sulit dan membutuhkan waktu yang lama. ”Cara buatnya gampang sekali, tapi kita hanya butuh memilih corak-corak yang menarik untuk dipadukan sampai jadi gelang,” ujarnya.

Hasil kerajinan itu dijual dengan harga Rp5.000 per gelang dan karya mereka sudah mendapat order sebanyak 50 gelang oleh masyarakat setempat. ”Saya dan teman-teman berharap agar usaha kami ini bisa mendapat sambutan dari seluruh masyarakat dan mau membeli termasuk membantu memasarkan gelang-gelang kami agar kami bisa mendapatkan tambahan pendapatan,” harapnya.

Risnawati sebelum peristiwa gempa 28 September 2018 silam adalah penjual ikan di Desa Tompe. Namun usaha itu agak tersendat karena sejumlah nelayan yang ada di Tompe kehilangan perahu, mesin dan alat tangkapnya.TIN/*

Pos terkait