BEIJING, MERCUSUAR – Pemerintah China terus mengintensifkan keterlibatan dengan negara-negara di kawasan, untuk melawan kebijakan Presiden AS Donald Trump terkait tariff impor yang besar terhadap mitra dagang globalnya.
Upaya tersebut diserukan China melalui kampanye multilateralisme dalam pertemuan Menteri Luar Negeri China-ASEAN yang berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia.
“China berharap dapat bekerja sama dengan negara-negara regional untuk menegakkan multilateralisme sejati dan regionalisme terbuka serta mempertahankan sistem perdagangan bebas dan multilateral,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Selasa (8/7).
Menteri Luar Negeri Wang Yi berencana untuk menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri China-ASEAN, Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN Plus Three, Pertemuan Menteri Luar Negeri Asia Timur dan Pertemuan Menteri Luar Negeri Forum Regional ASEAN pada 10-11 Juli 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama Asia Timur secara umum mempertahankan momentum kemajuan yang stabil. Negara-negara di kawasan ini telah terlibat dalam kerja sama berdasarkan asas kesetaraan, saling menghormati, saling menguntungkan, keterbukaan dan inklusivitas,” ujar Mao Ning.
Hal tersebut, ungkap Mao Ning, telah memungkinkan kemajuan pembangunan, memfasilitasi integrasi regional, serta memberi manfaat bagi masyarakat lokal.
“Sementara itu, lanskap internasional mengalami lebih banyak ketidakstabilan dan perubahan yang cepat, serta meningkatnya unilateralisme dan proteksionisme. Hal tersebut menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi kerja sama Asia Timur,” papar Mao Ning.
Mao Ning menyebut, China berharap bahwa melalui pertemuan para menteri luar negeri mendatang, para pihak mampu membangun lebih banyak konsensus, fokus pada pembangunan dan kerja sama, serta mempersiapkan landasan bagi konferensi tingkat tinggi ASEAN pada akhir tahun ini.
“China dengan tegas mengakui sentralitas ASEAN, siap untuk terus memajukan peningkatan Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN 3.0 dan membina komunitas China-ASEAN yang lebih erat dengan masa depan bersama,” ucap Mao Ning.
Selanjutnya, China, kata Mao Ning juga berharap agar negara-negara ASEAN dan para mitra dapat terus menerapkan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP) dan memperluas kerja sama dalam industri yang sedang berkembang.
“Kemudian juga mempromosikan nilai-nilai Asia tentang perdamaian, kerja sama, keterbukaan, dan inklusivitas, mengembangkan model keamanan bagi Asia yang menonjolkan keamanan bagi semua, mencari titik temu sambil mengesampingkan perbedaan dan dialog serta konsultasi, dan bersama-sama membangun rumah yang damai, aman dan terjamin di Asia,” jelas Mao Ning.
Namun, Mao Ning menolak berkomentar mengenai kemungkinan pertemuan Menlu Wang Yi dan Menlu Amerika Serikat Marco Rubio dalam rangkaian pertemuan tersebut.
“Saya tidak punya informasi untuk diberikan mengenai hal itu,” kata Mao Ning saat ditanya soal kedatangan Marco Rubio ke Kuala Lumpur untuk acara serupa.
Pertemuan Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN (ASEAN Foreign Ministers Meeting/AMM) ke-58 berlangsung di Kuala Lumpur, Malaysia pada 8—11 Juli 2025.
AMM ke-58 akan dibuka secara resmi pada Rabu (9/7) oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dan dilanjutkan dengan pertemuan resmi para menteri luar negeri (menlu) se-Asia Tenggara kemudian Instrumen Aksesi Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di antara negara-negara Asia Tenggara (TAC) akan ditandatangani.
Pada 10—11 Juli, akan digelar konferensi menlu ASEAN dengan negara-negara mitra ASEAN seperti China, Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, Jepang, Korea Selatan, India, Kanada, dan Australia, serta Konferensi Keempat Kerja Sama Negara-negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina (CEAPAD IV). ANT/TMU
Sumber: ANTARA