BERLIN, MERCUSUAR – Jerman tidak mendukung operasi militer Israel untuk menduduki Gaza. Wakil juru bicara Pemerintah Jerman, Steffen Meyer menyerukan pihak bertikai mengakhiri konflik secepatnya.
“Kami menolak peningkatan operasi militer dan menyerukan kepada semua pihak dan komunitas internasional untuk segera mengakhiri konflik melalui gencatan senjata yang segera dan berkelanjutan,” ujar Meyer dalam sebuah pengarahan pada Rabu (20/8).
Ia mengingatkan bahwa pembebasan sandera dan gencatan senjata tetap menjadi prioritas pemerintah Jerman, termasuk dalam diskusi dengan para mitra.
Pada Rabu, stasiun televisi pemerintah Kan melaporkan bahwa Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah menyetujui operasi perebutan Kota Gaza, dan rencana tersebut akan disampaikan kepada pimpinan politik dan kabinet untuk disetujui pada Kamis.
Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengirimkan sekitar 60.000 surat panggilan kepada prajurit cadangan sebagai persiapan operasi untuk merebut Kota Gaza.
Pada Rabu malam, surat kabar The Jerusalem Post melaporkan, mengutip juru bicara IDF Effie Defrin, bahwa IDF telah melancarkan serangan terhadap kota Gaza, dengan militer Israel menguasai pinggiran kota.
Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu (20/8) malam memerintahkan militer untuk segera menduduki Kota Gaza, mengabaikan usulan gencatan senjata dari para perunding yang disampaikan dua hari sebelumnya.
Dalam unggahan di platform X, kantor Netanyahu menyatakan bahwa sebelum mengeluarkan perintah itu, dia telah menginstruksikan agar “jadwal merebut benteng” Hamas dan mengalahkan kelompok perlawanan Palestina itu “dipercepat.”
Sebelumnya pada hari yang sama, militer Israel mulai mengirimkan surat panggilan kepada 60.000 tentara cadangan setelah Menteri Pertahanan Katz menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza dalam Operasi Gideon’s Chariots 2.
Operasi militer tersebut merupakan kelanjutan dari operasi sebelumnya, di mana Israel melancarkan serangan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Namun, para mantan politisi dan pejabat militer Israel mengakui operasi 16 Mei itu gagal mencapai tujuan utama: menghancurkan Hamas dan membebaskan semua sandera. Meski demikian, militer Israel mengeklaim telah menguasai 75 persen wilayah Gaza.
Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa Kabinet Keamanan akan bertemu pada Kamis untuk menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza.
“Sementara itu, pembicaraan di balik layar terus berlangsung mengenai kesepakatan sandera. Netanyahu kurang tertarik pada kesepakatan parsial yang telah disetujui Hamas, tetapi dia belum sepenuhnya menutup pintu,” menurut laporan harian Israel itu.
Disebutkan, bagi Netanyahu, pendudukan Kota Gaza bisa dipakai untuk “menekan Hamas agar menyetujui kesepakatan komprehensif sesuai syarat Israel: pelucutan senjata Hamas, pengasingan para pemimpinnya, serta pengucilan kelompok itu dari pemerintahan di masa depan.”
Menurut laporan Channel 14, militer Israel sudah beroperasi di pinggiran Kota Gaza, termasuk di kawasan permukiman Zeitoun. Sejak Selasa malam, mereka juga beroperasi di Jabalia, Gaza utara, sebagai persiapan sebelum serangan besar-besaran.
Stasiun TV Israel itu menambahkan bahwa Divisi ke-98 akan kembali dikerahkan ke Jalur Gaza, sehingga total ada lima divisi yang akan terlibat dalam Operasi Gideon’s Chariots 2.
Disebutkan pula, pertemuan Kabinet Keamanan pada Kamis akan memutuskan apakah melanjutkan perundingan atau melancarkan operasi militer penuh untuk menduduki Kota Gaza.
Pernyataan Netanyahu dan rencana operasi militer itu muncul ketika para perunding dari Mesir, Qatar, dan AS terus berupaya menengahi gencatan senjata dan pertukaran tahanan setelah Israel menerima usulan baru yang disetujui Hamas pada Senin.
Usulan, yang belum direspons Israel lebih dari 48 jam itu, mencakup proses mencapai kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri perang.
Proses tersebut dimulai dengan gencatan senjata 60 hari, pertukaran sejumlah tahanan, penempatan ulang pasukan Israel di Jalur Gaza, serta peningkatan bantuan kemanusiaan.
Namun, Netanyahu pada Selasa menegaskan bahwa “kebijakan Israel tidak berubah; Israel menuntut pembebasan 50 sandera semuanya.” ANT/TMU
Sumber: ANTARA