JENEWA, MERCUSUAR – Sampah plastik makin ekstrem dan berdampak mengerikan. Polusi plastik sudah sangat parah dan merusak ekosistem, kesejahteraan dan iklim. Limbah plastik pun menyumbat sungai, mencemari lautan dan membahayakan satwa liar.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak negara-negara di dunia untuk berfokus pada penanganan polusi plastik. Seruan itu disampaikan Guterres memeringati Hari Lingkungan Sedunia yang jatuh pada 5 Juni.
Guterres mendorong negara-negara untuk kembali berunding pada Agustus 2025. Dengan tekad membangun jalan bersama melalui perbedaan dan menghasilkan perjanjian yang dunia butuhkan. Demikian siaran pers dari PBB, Rabu,
PBB akan mengadakan pertemuan Komite Negosiasi Antarpemerintah (Intergovernmental Negotiating Committee/INC) tentang polusi plastik, di Jenewa, Swiss, pada 5-14 Agustus 2025.
“Saat plastik terurai menjadi partikel yang semakin kecil, ia menyusup ke setiap sudut Bumi: Dari puncak Gunung Everest hingga ke dasar samudera; dari otak manusia hingga air susu ibu,” ujar Guterres.
Karena itulah, lanjut Guterres, dunia membutuhkan perjanjian yang ambisius, kredibel dan adil. Mencakup siklus hidup plastik melalui perspektif ekonomi sirkular, memerhatikan kebutuhan komunitas, selaras dengan tujuan lingkungan hidup yang lebih luas. Kemudian dapat mengimplementasikannya secara cepat dan menyeluruh.
Guterres menilai bahwa keterlibatan publik dalam penanganan polusi plastik semakin meningkat. Meskipun begitu, dia tetap mendesak agar dunia bergerak lebih jauh dan lebih cepat untuk merumuskan perjanjian global baru. Untuk mengakhiri polusi plastik pada Agustus 2025.
“Bersama-sama, mari kita akhiri polusi plastik dan bangun masa depan yang lebih baik bagi kita semua,” ujarnya. ANT/TMU
Sumber: ANTARA