WASHINGTON, MERCUSUAR – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mulai gentar dengan China dalam perang dagang?
Trump menyatakan akan mengurangi pungutan tarif pada produk-produk China. Ia mengubah lagi kebijakannya soal tarif impor dari Beijing, demi bisa melanjutkan bisnis dengan Negeri Tirai Bambu.
“Pada titik tertentu saya akan menurunkannya. Karena jika tidak, Anda tidak akan pernah bisa berbisnis dengan mereka,” kata Trump dalam wawancara dengan NBC yang direkam pada Jumat (2/5/2025).
Trump mengeklaim Tiongkok sangat ingin melanjutkan bisnis dengan AS karena “perekonomian mereka mulai kolaps.”
Dia menyebut pabrik-pabrik China saat ini mulai tutup dan angka kemiskinan meroket. Namun, meski berniat mengurangi tarif, Trump mengaku tidak berencana melihat Tiongkok mengembangkan kembali bisnisnya.
“Saya tidak berharap China meraup ratusan miliar dollar dan membangun lebih banyak kapal, tank angkatan darat, dan pesawat,” ucapnya, seperti dikutip Fox News.
“Anda tidak menurunkan tarif ke Tiongkok agar bisa bernegosiasi dengan mereka?” tanya jurnalis NBC Kristen Welker, seperti dikutip CNN Indonesia, Senin (5/5/2025).
“Kenapa aku harus melakukan itu?” balas Trump.
Pernyataan Trump ini dilontarkan ketika AS dan China belakangan saling melunak soal perang tarif.
China Mempertimbangkan
Pada hari Jumat, Juru Bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok mengatakan sedang mempertimbangkan proposal yang diajukan AS untuk memulai negosiasi terkait tarif.
Dua pekan sebelumnya, Trump menyatakan pada produk Beijing pajak akan “turun secara substansial”. Ia berjanji akan mengucapkan “sangat baik” di meja perundingan demi mendorong Presiden Tiongkok Xi Jinping membuka dialog.
Sejak April, AS dan Tiongkok terlibat perang tarif setelah Trump menaikkan pungutan pajak terhadap produk-produk asal Tiongkok hingga 145 persen. Sebagai balasannya, Beijing menaikkan tarif terhadap produk-produk AS hingga 125 persen.
Tarif selangit dari AS ini telah memberikan dampak signifikan pada perekonomian Tiongkok yang bergantung pada ekspor dan manufaktur.
Menurut data, pesanan ekspor Beijing menurun dan produksi pabrik terhenti. Pada bulan April, aktivitas pabrik di China menunjukkan penurunan paling tajam dalam 16 bulan terakhir. Sementara itu, pesanan ekspor baru turun ke level terendah sejak 2022.
Beberapa peritel besar AS seperti Walmart dan Target memang telah kembali melakukan bisnis dengan pemasok China. Namun banyak pabrik di negara itu masih belum beroperasi dan tengah menjajaki pasar alternatif seperti Eropa. CNN/TMU