Amara Mahasiswa Untuk Buruh, Berkolaborasi Tanpa Induk, Meriah Dengan Beragam Ekspresi

Taufik membacakan puisinya di kegiatan AMARA, di pelataran Taman Untad, bersama beberapa mahasiswa lintas fakultas. FOTO: MISBACH/MS

May day, momentum  dukungan kepada para buruh dari mahasiswa, adalah bagian dari dari agen of change atau agen perubahan dari para mahasiswa, di Untad, ada yang menarik. Gerakan tanpa indukan, tapi menyita perhatian publik, yang digelar Senin, (1/5). Berikut laporannya.

LAPORAN: Mohammad Misbachudin

Maulana mempersiapkan beberapa alat musik, gitar dan biola barunya, serta properti lainnya. Sesekali lelaki gondrong, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, FKIP Untad itu, melirik airloji di tangan kirinya, jam sudah menunjukkan pukul 20.00. 

Dia terlihat siap, menunggu panggilan dari pembawa acara, untuk menampilkan ekspresi seninya, seni pertunjukkan bersama Taufik. Saat keduanya tampil, tampak dramatis, ketika Taufik membacakan puisi tentang derit buruh, dibubuhi cairan merah, mirip darah, sebagai gambaran penyiksaan terhadap buruh, dan kemudian ditutup dengan “penyiksaan” terhadap buruh, oleh si majikan, untuk membungkam aksi kritis si buruh. Riuh mahasiswa yang berjumlah ratusan orang, memberikan apresiasinya, membuat suasana semakin meriah. 

Pertunjukkan berdurasi 10 menit itu, bagian dari, gelaran Aliansi Mahasiswa Bersuara (AMARA) di pelataran Taman Untad, memperingati Hari Buruh.

Kemudian ada juga yang menampilkan drama sebabak, yang menceritakan sulitnya seorang buruh, yang harus menghentikan niatan anaknya yang ingin kuliah, karena biaya UKT yang terus melonjak naik, sementara gaji buruhnya kecil.

Lalu, salah satu mahasiswa, perwakilan FISIP Untad, ikut menyuarakan kepentingan para mahasiwa, yang orang tuanya adalah buruh, dalam orasinya di mimbar bebas, yang menyoroti kampusnya, yang sudah menaikkan UKT dan itu cukup membuat orang tua mereka pusing.

Meskipun kegiatan AMARA ini, melibatkan lintas fakultas, yakni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Pertanian (Faperta) Fakultas Peternakan, ternyata kegiatan itu, bukan berasal dari Badan Eksekutif Mahasiswa Untad, melainkan kegiatan kolaborasi dari beberapa fakultas,  tidak bergabung bersama “indukannya”.

“Kami memang berinisiatif melakukan kegiatan, yang kami namakan AMARA, dengan sistim kolaboratif dengan beberapa fakultas,” urai Ketua HIMABRIS Untad, Anggun kepada Mercusuar. 

Bahkan, dalam kegiatan AMARA itu, terlihat, tidak semua himpunan jurusan dan juga himpunan prodi di fakultas itu, turut bergabung, dalam gelaran yang dikemas dalam bentuk panggung seni, mimbar bebas, maupun kegiatan lainnya.

Meskipun tidak bersama “indukannya”, kegiatan yang berakhir pada pukul 22.30, dengan “ritual” melingkar, menyanyikan lagu Darah Juang dan Kaum Petani, Buruh dan Miskin Kota, terbilang cukup meriah, hingga titik penutupan. Bahkan sempat menjadi salah satu daya tarik pengendara yang melintas di jalur dua, ikut hadir dan merekam aksi AMARA, dengan ponselnya mereka masing-masing.

“Insya Allah kegiatan ini, terus menjadi kalender tetap kami, yang sifatnya gabungan, bukan hanya isu buruh, tetapi isu-isu sosial lainnya, yang berhubungan dengan persoalan rakyat,” tutup Maulana. ***

Pos terkait