LERE, MERCUSUAR- Cerita Rakyat Sulawesi Tengah ‘Tadulako Bulili’ yang menceritakan Raja Sigi yang menikahi seorang gadis yang tinggal di Desa Bulili. Bakal ditampilkan pada Festival Teater se-Asia Pasifik di Yogyakarta, pada 15-21 September mendatang.
Kisah itu menceritakan, seorang Raja Sigi yang menikahi seorang gadis di Desa Bulili, namun sang Raja Sigi istrinya meninggalkan istrinya yang tengah mengandung di desa tersebut. Waktu berlalu, bertahun-tahun dan anak Raja Sigi sudah beranjak remaja, namun Raja Sigi tidak kunjung datang menemui serta menafkahi istrinya. Hal ini menyebabkan para pemuka dan tokoh masyarakat di Desa Bulili merasa kasihan dengannya. Mereka tidak tega melihat istri seorang raja tapi hidup miskin, karena harus menghidupi anaknya sendirian. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengirimkan Tadulako (panglima) yang bernama Makeku & Bantaili ke kerajaan Sigi untuk meminta pertanggungjawaban Raja Sigi.
Namun hal itu diabaikan sang raja, sehingga terjadilah perang namun perang, berupa adu kekuatan untuk memindahkan lumbung padi Kerajan Sigi ke Desa Bulili oleh seorang Tadulako. Salah seorang Tadulako bernama Bantaili segera mengeluarkan kesaktiannya untuk mengambil lumbung padi tersebut, setelah berhasil mengangkat lumbung padi, para Tadulako Bullili segera pergi meninggalkan kerajaan Sigi.
Mengetahui hal tersebut Raja Sigi menjadi sangat marah. Raja kemudian segera memerintahkan pasukan kerajaan untuk mengejar para Tadulako. Para Tadulako terus berlari menuju Desa Bulili. Sampai di suatu sungai besar, mereka mengeluarkan kesaktiannya untuk menyeberangi sungai tersebut. Sementara pasukan raja tidak bisa menyeberangi sungai besar tersebut. Akhirnya, para Tadulako berhasil memindahkan lumbung padi itu ke Desa Bulili untuk untuk diberikan kepada anak istri dari raja.
Dalam lakon cerita teater itu ditampilkan oleh tujuh orang mahasiwa program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unversitas Tadulako bersama gabungan mahasiswa Ekonomi, yang dimainkan selama dua hari di Taman Budaya Golni, Sabtu (8/9/2018).
Eman saja selaku provokator cerita yang dituangkan dalam bentuk cerita oleh Dr. Drs. Sugit Zulianto, M.Pd banyak menampilkan simbol dan olah tubuh sebagai pengambaran kesedihan rakyat ditengah permasalahan yang dihadapi Putri Bulili, sehingga simbol Lumbung diangkat Tadulako Bulili menggambarkan kesejahteraan rakyat Bulili yang saat itu dilanda kelaparan.
Sugit Zulianto mengatakan, teater berbasis cerita rakyat ini dengan mengangkat karakter kepahlawanan sang Tadulako untuk membentuk jiwa yang tangguh pada karakter anak muda saat ini, diharapakan mahasiwa dan siswa dapat meneladani semangat tadulako menuju kehidupan nasional dan global.
“Dalam rangka membekali adik-adik generasi muda khususnya mahasiswa, sebagai salah satu dosen teori drama telaah naskah drama dan pementasan drama kami ingin dan harus berkreasi terus untuk mengembangkan kompotensi bersastra khususnya berteater,” ujarnya. ABS