Balai Bahasa Sulteng Luncurkan 37 Buku Dwibahasa

Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah meluncurkan 37 judul buku cerita anak dwibahasa dalam kegiatan Diseminasi Produk Penerjemahan Buku Cerita Anak Dwibahasa 2025 yang berlangsung di Hotel Santika Palu, Jumat (24/10/2025). FOTO: KARTINI NAINGGOLAN/MS

LOLU UTARA, MERCUSUAR – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah meluncurkan 37 judul buku cerita anak dwibahasa dalam kegiatan Diseminasi Produk Penerjemahan Buku Cerita Anak Dwibahasa 2025 yang berlangsung di Hotel Santika Palu, Jumat (24/10/2025).

Program yang digagas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini, menjadi langkah nyata dalam upaya melestarikan bahasa daerah di Sulawesi Tengah melalui literasi anak.

Dengan menghadirkan ilustrasi yang menarik dan kisah yang berakar dari kearifan lokal, Balai Bahasa Sulteng berharap buku-buku tersebut dapat menumbuhkan minat baca pelajar, sekaligus memperkenalkan kembali bahasa ibu mereka.

Kasubag Umum Balai Bahasa Sulteng, Abdul Rahim Husin menjelaskan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari sayembara penulisan cerita anak dan penerjemahan karya ke dalam bahasa daerah yang telah diselenggarakan sejak 2024.

“Dari 59 peserta yang mendaftar, sebanyak 37 penulis berhasil lolos seleksi dan menerbitkan karya mereka dalam bentuk buku cerita anak dwibahasa. Semua penulis berasal dari Sulawesi Tengah,” ujar Abdul Rahim.
Ia menambahkan, selain penulis, sejumlah ilustrator lokal juga terlibat dalam proyek ini. Dari total 37 judul buku, terdapat 10 buku yang ilustrasinya dikerjakan oleh perupa asal Sulteng.

“Meski jumlah ilustrator di daerah masih terbatas, kami bangga karena mereka mampu menghasilkan karya berkualitas dalam waktu yang cukup singkat. Ini adalah awal yang baik untuk perkembangan ekosistem literasi visual di daerah,” imbuhnya.

Menurut Abdul Rahim, program tersebut juga sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra. Melalui regulasi itu, Balai Bahasa diberi mandat untuk memperkuat literasi bahasa daerah bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Buku-buku yang diterbitkan kali ini ditujukan bagi siswa sekolah dasar, khususnya kelas IV hingga VI. Cerita-ceritanya dikemas ringan dengan bahasa yang mudah dipahami serta ilustrasi penuh warna agar menarik bagi anak-anak.

Salah satu karya yang turut diluncurkan berjudul Pompevaya Dako Khakha Mpalanya (Bisikan Hutan Bakau), ditulis oleh Irfan dalam bahasa Kaili. Cerita ini mengisahkan petualangan dua anak, Pimpi dan Rika, yang menjelajahi hutan mangrove yang dianggap angker, hingga menemukan keberanian dan keajaiban di balik rasa takut mereka.

Sejak program ini berjalan, Balai Bahasa Sulawesi Tengah telah menerbitkan total 152 buku cerita anak dwibahasa dari berbagai bahasa daerah, termasuk Pamona, Buol, Tolitoli, serta dua dialek Kaili, yakni Ledo dan Rai.
“Harapan kami, karya-karya ini dapat menjadi jembatan bagi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan bahasa daerahnya sendiri,” tutup Abdul Rahim. TIN

Pos terkait