LOLU UTARA, MERCUSUAR – Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Palu, menyelenggarakan Sekolah Lapang Geofisika (SLG), yang dimulai pada Kamis (2/5/2019). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini, bertujuan untuk memberikan pengetahuan potensi gempa dan tsunami, sehingga terbangun budaya tanggap gempa dan tsunami.
Demikian dikatakan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Palu, Hendrik Leopatty, Lamis (2/5/2019). Menurutnya, di samping itu, SLG juga menguji peran masing-masing stakeholder, dalam rantai peringatan dini tsunami.
“Tahun ini merupakan kali ketiga BMKG menyelenggarakan kegiatan yang sama di Palu, setelah sebelumnya BMKG juga melaksanakan kegiatan serupa pada tahun 2015 dan 2016,” ujarnya..
Sebanyak 58 peserta mewakili BPBD Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, masyarakat, sekolah, TNI dan Polri, media, serta beberapa instansi terkait, seperti SAR, Dinas Kesehatan, dan PMI.
Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium RRI Sulteng ini, dibuka secara resmi oleh Asisten III bidang Administrasi Kota Palu, Imran, mewakili Wali Kota Palu. Dalam sambutan tertulisnya, Wali Kota Palu menyampaikan, Pemerintah Kota Palu mengapresiasi BMKG Stasiun Geofisika Palu, yang telah menyelenggarakan SLG di Kota Palu.
“Pada era teknologi informasi ini, masyarakat tidak hanya menuntut informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang akurat, akan tetapi juga harus cepat dan mudah dipahami,” ujar Imran, saat membacakan sambutan tertulis Wali Kota Palu.
Lebih lanjut Imran berharap, agar SLG ini menjadi wadah membangun dan menguatkan koordinasi antara BMKG Palu dan BPBD Kota Palu. Hal ini karena, penanggulangan bencana harus merupakan program yang terencana dan terintegrasi.
Acara juga dihadiri oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono. Dalam kesempatan itu, Triyono menyampaikan, BMKG pada tahun ini rencananya akan menambah 11 sensor gempa bumi yang akan dipasang sepanjang sesar Palu. Hal ini dimaksudkan, untuk menambah akurasi dan kecepatan analisa gempa. JEF