PALU, MERCUSUAR — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sulawesi Tengah (Sulteng) menyelenggarakan Workshop Go Public bertema “Transformasi Bisnis Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan” di Hotel Aston Palu, Kamis (6/11/2025). Kegiatan yang dihadiri puluhan pelaku usaha anggota APINDO, KADIN, akademisi, serta mahasiswa ini, menjadi momentum penting dalam mendorong transformasi bisnis melalui pemanfaatan pendanaan pasar modal.
Kepala Wilayah Kantor Perwakilan BEI Sulawesi Tengah, Putri Irnawati menegaskan, workshop ini merupakan kolaborasi perdana antara BEI dan APINDO Sulteng, sekaligus langkah awal memperkuat sinergi edukasi pasar modal di daerah. Ia menjelaskan, pasar modal berperan penting sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan sekaligus ruang investasi bagi masyarakat.
Putri optimistis, di masa mendatang akan lahir perusahaan dari Sulteng yang tercatat di BEI, mengingat potensi pelaku usaha di daerah ini sangat besar. Optimisme itu didukung pertumbuhan aktivitas pasar modal Sulteng yang meningkat 36 persen secara year-on-year, dengan nilai transaksi mencapai Rp7,2 triliun. Ia berharap peserta memanfaatkan informasi yang disampaikan narasumber untuk memahami proses go public sejak dini.
“Perusahaan tidak perlu menunggu menjadi besar untuk IPO,” ujarnya.
Menutup sambutannya, Putri menyampaikan apresiasi kepada APINDO Sulteng atas kolaborasi dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut.
Ketua DPP APINDO Sulawesi Tengah, Wijaya Chandra, turut mengapresiasi BEI atas kerja sama strategis ini. Ia menyebut pasar modal semakin relevan sebagai pilihan pendanaan bagi perusahaan daerah untuk memperluas usaha dan meningkatkan tata kelola. Menurutnya, pelaku usaha di Sulteng telah memiliki kesiapan untuk naik kelas menjadi perusahaan terbuka, didukung kekayaan komoditas unggulan yang masih dapat dioptimalkan.
Wijaya menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk peran akademisi dalam mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa agar tumbuh generasi baru wirausahawan yang memahami ekosistem pasar modal.
“Untuk mencapai tahap itu, dibutuhkan banyak transfer knowledge,” katanya.
Ia berharap sinergi seluruh pemangku kepentingan dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi Sulteng. APINDO juga akan terus memperkuat kerja sama tripartit guna mendukung akselerasi ekonomi daerah.
“Dengan sistem dan regulasi yang baik serta dukungan berkelanjutan dari BEI, kita optimistis Sulteng bisa kembali tumbuh dua digit,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Tengah, Bonny Hardi Putra, yang diwakili Pengawas Lembaga Jasa Keuangan, Benyamin Hendrik, berharap workshop ini menjadi langkah awal lahirnya emiten pertama dari Sulteng. Ia menjelaskan bahwa meski pengawasan pasar modal berada di OJK pusat, OJK Sulteng berkomitmen mendukung peningkatan literasi dan inklusi pasar modal di daerah.
“Kami sadar OJK tidak bisa melakukan edukasi sendirian. Dibutuhkan kolaborasi multipihak, dan kegiatan ini bukti nyata sinergi tersebut,” ujarnya.
Workshop menghadirkan narasumber dari berbagai institusi pasar modal, seperti Sofiyan Adhi Kusuma (BEI), Lisa Gillian (PT Erdikha Elit Sekuritas), dan Wawan Heri Purnomo (PT Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari Tbk). Workshop ini dipandu Staf Ahli APINDO Sulteng, Sulaeman A. Rasyid. Materi mencakup manfaat IPO, proses menuju go public, hingga pengalaman langsung perusahaan yang telah melantai di bursa. Antusiasme peserta dalam sesi tanya jawab menunjukkan meningkatnya minat pengusaha daerah menjadikan IPO sebagai strategi pertumbuhan jangka panjang.
Melalui penyelenggaraan bersama ini, BEI dan APINDO Sulteng menegaskan komitmen untuk memperkuat ekosistem usaha yang transparan, modern, dan berdaya saing. Keduanya sepakat, literasi pasar modal merupakan fondasi penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulteng. JEF







