PALU, MERCUSUAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah menyelenggarakan Diseminasi Laporan Perekonomian Provinsi (LPP) Sulawesi Tengah Triwulan II. Diseminasi kali ini dilaksanakan pada Kamis, 24 Oktober 2019 di Hotel Metro, Kota Bungku, Kabupaten Morowali. Kegiatan ini diisi oleh paparan dari beberapa narasumber yaitu Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Kepala Bappeda Morowali, Bank Sulteng Kab. Morowali, dan Perwakilan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) serta dihadiri oleh berbagai OPD terkait, perbankan, akademisi, dan pelaku usaha utama Kab. Morowali. Diseminasi LPP Sulawesi Tengah Triwulan II ini juga telah dilaksanakan di Kabupaten Banggai pada tanggal 19 September 2019, serta direncanakan akan dilaksanakan pula di Kabupaten Tolitoli dan Kota Palu.
Dalam kesempatan ini Bapak Abdul Majid Ikram selaku Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng menyampaikan bahwa perekonomian Sulawesi Tengah Triwulan II 2019 tumbuh sebesar 6,62% (yoy) sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,98% (yoy). Hal yang menyebabkan hal tersebut adalah melambatnya pertumbuhan konsumsi RT (Rumah Tangga) pascabencana dan PMTB (Pembentuk Modal Tetap Bruto) / investasi pada triwulan laporan walaupun telah ditopang oleh tingkat ekspor yang cukup tinggi. Selain itu perlambatan ini juga disebabkan oleh Realisasi Belanjapemerintah yang sedikit terkendala pada triwulan II 2019 akibat beberapa program harus disesuaikan dengan program pasca bencana.
Pasca bencana sebagian besar Lapangan Usaha (LU) utama berada pada fase perlambatan. Pertanian masih tertahan akibat kerusakan irigasi di daerah sentra pertanian, seperti Kab. Sigi, sedangkan perdagangan dan akomodasi makanan minuman (akmamin) masih belum kembali ke levelpertumbuhan sebelum gempa. Sektor pertambangan sedikit terpengaruh bencana terutama pada galian C di Kab. Donggala dan sekitarnya. Sementara itu, sektor industri lebih dipengaruhi oleh kondisi negara mitra dagang. Di sisi lain, LU konstruksi justru terakselerasi pasca gempa yakni tumbuh hingga 12% (yoy). Selain didukung oleh faktor pembangunan pasca bencana, LU konstruksi juga didukung oleh pembangunan pabrik dan PLTU di IMIP dan PLTA Poso, serta pembangunan lainnya. Di sisi lain net-ekspor Sulteng masih tercatat surplus meski impor tumbuh tinggi. Surplus ekspor mencapai USD 1,73 miliar pada Jan – Ags 2019, atau tumbuh 2,76% (yoy)dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi inflasi, Sulteng tercatat deflasi 0,35% (mtm) atau inflasi 5,71% (yoy) pada September 2019. Masih tingginya inflasi tahunan (yoy) sebenarnya lebih disebabkan oleh faktor base effect, yakni dampak dari tingginya inflasi pasca gempa, namun jika dillihat perkembangan inflasi secara akumulasi atau year to date(ytd) hanya 1,4% (ytd), masih jauh lebih rendah dari rata-rata 3 tahun terakhir yakni 2,28% (ytd).
Pertumbuhan ekonomi Morowali sendiri sedang berada pada tahap normalisasi yaitu tumbuh sebesar 12,39% (yoy) pada tahun 2018 sedikit melambat dibanding pertumbuhan tahun 2017 sebesar 14,10% (yoy), hal ini merupakan hal yang wajar mengingat pertumbuhan ekonomi Morowali yang cukup tinggi pada periode 2015. Sejak tahun 2013 terjadi perubahan struktural pada ekonomi Morowali dimana pangsa sektor pertambangan menurun dari 49,54% turun menjadi 11,09% di tahun 2018, digantikan dengan peningkatan sektor industri dari 11,09% pada tahun 2013 menjadi 37.95% pada 2018. Dari sisi ekspor, Morowali diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan optimalisasi hilirisasi lanjutan dari nikel. Perihal invetasi, pada periode pembangunan industri stainless steel,Kab. Morowali menerima PMA yang besar pula yaitu dengan puncaknya berada pada tahun 2017 sebesar USD 1.292,2 juta, sedangkan pada tahun 2018 sedikit menurun pada USD 534,1 Juta dan pada tahun 2019 (hingga triwulan II 2019) sebesar USD 520,1 Juta Namun PMA Morowali diperkirakan masih akan tetap tinggi seiring ekspansi korporasi IMIP dan adanya pabrik baterai lithium
Dalam menanggapi hal tersebut Pemkab Morowali berupaya mengembangkan perekonomian bukan hanya dari sektor industri namun juga sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Usaha Pemkab Morowali dalam mengembangkan perekonomian Morowali tercermin dalam visi dan misinya, khususnya misi peningkatan pengelolaan SDA, peningkatan produksi pangan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Usaha dalam meningkatkan pengelolaan SDA dilakukan dengan melibatkan UMKM lokal dan koperasi. Selain agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menyerap tenaga kerja lokal dengan tetap menjaga iklim investasi yang baik. Menurut Emil Pontoh selaku Kepala Bappeda Morowali, Kabupaten Morowali termasuk dalam sepuluh daerah dengan iklim investasi terbaik di Indonesia. Selanjutnya, usaha pencapaian misi peningkatan produksi pangan oleh Pemkab Morowali tercermin melalui perbaikan irigasi dan mengembangkan padi organik dalam menunjang produksi pertanian serta menyelenggarakan pelatihan kemudi kapal modern untuk meningkatkan kemampuan nelayan dalam menangkap ikan khususnya pada kondisi laut yang tidak bersahabat. Dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat, pemerintah Morowali sedang berfokus dalam peningkatan pasokan listrik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan yang tinggi akan ketersediaan gudang pendingin yang dapat menjaga kualitas hasil tangkapan dan meningkatkan harga penjualan ikan..
Di sisi lain pelaku usaha masih optimis terhadap perkembangan industri Morowali. PT.IMIP selaku perwakilan dari pelaku usaha di Kabupaten Morowali mengaku aktivitas ekspor-impornya masih berjalan lancar terlepas dari gejolak perang dagang internasional yang terjadi. Masykur, Humas PT. IMIP, mengatakan hal ini terjadi lantaran ekspor yang dilakukan oleh PT. IMIP ditujukan ke korporasi induk mereka yakni Tsingshan Steel di Tiongkok. Selain itu, ekspor juga telah merambah hingga ke Eropa, sehingga kegiatan ekspor IMIP tidak terlalu bergantung pada permintaan dari Tiongkok. Selain itu, menurut data Badan Penanaman Modal dan Perizinan, terdapatsekitar 112 perusahaan yang terdaftar sebagai calon tenant PT.IMIP. Hal tersebut menguatkan optimisme PT.IMIP dalam perkembangan industri di Morowali.
Dalam kesempatan kali ini Masykur juga menyampaikan bahwa IMIP telah berperan dalam pengembangan kesejahteraan masyarakat diantaranya yaitu dengan memberikan CSR pengembangan kepada dua belas desa yang dinyatakan berada dalam kawasan Lingkar Tambang. Desa-desa Lingkar Tambang diberdayakan dengan menjadikan BUMDes sebagai pemasok barang-barang kebutuhan untuk PT.IMIP. Namun dalam pelaksanaanya, desa-desa tersebut tidak serta-merta memasok kebutuhan IMIP dari hasil produksinya sendiri melainkan mendatangkan produk-produk tersebut dari daerah luar Sulawesi Tengah.
Sebagai penutup, Moh. Ahlis Jirimu selaku moderator menyampaikan himbauan agar kerjasama antar elemen di Kabupaten Morowali dapat terus ditingkatkan dalam rangka pengembangan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Morowali.RES/*