PALU, MERCUSUAR – BKKBN Sulteng menjajaki kolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako (Untad), terkait upaya percepatan penurunan stunting melalui KKN tematik, setelah sebelumnya keduanya bekerja sama dalam pembuatan aplikasi deteksi dini stunting.
Hal itu ditandai dengan kunjungan Ketua LPPM Untad, Dr. M. Rusydi bersama jajaran yang diterima Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Maria Ernawati, di ruang pola BKKBN Sulteng, baru-baru ini.
“Ada insan-insan akademisi untuk membantu kita penurunan stunting. Dalam KKN bisa kiranya Untad menjadikan stunting dalam tema KKN-nya. Saya ingin mahasiswa dari Sulteng juga ikut ambil peran, berpartisipasi dalam upaya percepatan penurunan stunting di kegiatan KKN,” tutur Erna, melalui rilisnya, Kamis (11/11/2021).
Erna menekankan sasaran penurunan stunting sesuai Perpres nomor 72 tahun 2021 adalah keluarga berisiko stunting mulai dari prakonsepsi pada remaja yang siap menikah atau calon pengantin, Ibu hamil, ibu pasca melahirkan dan menyusui, Anak usia 0-23 bulan dan Anak usia 24-59 bulan.
“Ada 2 hal yang harus kita perhatikan, selain menangani kasus stunting, jangan lupa stunting ini siklus hidup, keluarga yang berisiko itu juga sasaran kita,” ujarnya kepada akademisi dari LPPM yang di antaranya tergabung dalam Tim Moms Care.
Sebagai bahan masukan penyusunan model KKN Tematik stunting, Erna berharap di tahap awal mahasiswa dapat melakukan pengumpulan data untuk mengidentifikasi keluarga berisiko stunting, juga mensosialisasikan penggunaan aplikasi randa kabilasa dan moms care, serta dapat mengaktualisasikan dirinya agar dapat meninggalkan jejak kenangan pada masyarakat.
“Mahasiswa itu kaum milenial pemikirannya out of the box, mungkin mereka bisa mengintervensi dengan kearifan lokal. Ada kenang-kenangan yang ditinggalkan oleh mahasiswa KKN,” pungkas Erna.
Ketua LPPM Untad, Dr. M. Rusydi mengatakan, model KKN tematik ini, akan menjadi terobosan yang baru dan pertama kali di Sulteng. Dirinya menyebutkan bahwa sebelumnya pernah dilakukan di universitas di Jawa, tapi tidak terekspos.
Rusydi juga meyakini BKKBN memiliki tujuan yang selaras dengan pendidikan. Untuk itu pihaknya ingin terus melebarkan sayap bersama melakukan terobosan-terobosan yang berdampak bagi peningkatan SDM.
“BKKBN tidak hanya kuantitas, tetapi kini lebih fokus ke kualitas sumber daya manusia. Sama dengan tujuan pendidikan. Kami ingin dengan kerja sama ini hasilnya bisa dinikmati anak cucu serta sulteng bisa lebih maju dari provinsi lainnya,” harap Rusydi.
Sementara itu, akademisi Untad Prof. Dr. Rosmala Nur memberikan gambaran, dari 5 angkatan mahasiswa setiap tahunnya, masing-masing angkatan akan melakukan KKN selama 1 bulan dengan intervensi kegiatan berbeda di setiap bulannya, serta di akhir kegiatan dilakukan evaluasi.
“Kami sedang menyusun gambaran rinci kegiatan dalam 1 bulan. Kita akan melihat dari 5 bulan atau 5 angkatan itu sudah berapa penurunan stunting yang terjadi, terukur kerjanya kita,” ucapnya.
Sementara untuk jumlah peserta KKN Untad, diungkapkan Koordinator Pusbang Pengabdian dan KKN LPPM Untad, Dr. Nawawi, dalam 1 tahun KKN reguler terdiri dari 5 angkatan. Tiap angkatan berkisar 1.500 hingga 1.750 orang yang berasal dari 10 fakultas. Untuk peserta KKN tematik, dirinya memastikan akan terpenuhi.
“Insya Allah untuk jumlah orang KKN tematik kami bisa penuhi,” imbuh Nawawi.
Rencananya, project tersebut akan diuji cobakan di 2 daerah dengan angka stunting tinggi, yaitu di Kabupaten Donggala dan Sigi. Namun sebelum itu, rancangan model KKN Tematik tersebut akan dipaparkan kepada Deputi Bidang Latbang BKKBN. */IEA