PALU, MERCUSUAR — Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Palu-Poso menggelar talk show bertema Agroforestry dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) dalam rangka peningkatan pelaksanaan Forest Programme III (FP III) Sulteng tahun 2024, di salah satu hotel di Palu, Senin (26/8/2024).
Kegiatan yang diikuti unsur multipihak seperti akademisi, penggiat komunitas lingkungan, media massa, dan kelompok tani tersebut menghadirkan tiga pembicara, masing-masing akademisi Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako (Untad), Prof. Naharuddin, akademisi Fakultas Pertanian Untad, Dr. Abd. Rauf, dan konsultan FP III Sulawesi, Francis Harum.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Palu-Poso, Encum mengatakan melalui talk show tersebut pihaknya mengajak seluruh kalangan, untuk mendukung program Agroforestri secara berkesinambungan. Utamanya kepada para kelompok tani selaku pelaksana utama di lapangan.
Agroforestri atau wanatani adalah kegiatan pengelolaan hutan atau tanaman jenis kayu-kayuan, dengan penanaman tanaman semusim dan beberapa jenis tanaman pertanian. Tujuannya selain untuk mengatasi masalah alih guna lahan, juga untuk mendukung ketahan pangan.
“Agroforestri adalah bagian dari RHL yaitu pendekatan vegetatif, bagaimana membangun lingkungan yang ada dengan memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama, agar bisa mandiri memiliki motivasi untuk menjaga kelestarian sumber daya. Di sisi lain, bisa meningkatkan dukungan sumber daya tersebut untuk kepentingan perekonomian masyarakat, itu filosofi kegiatan FP III,” jelas Encum.
Melalui program yang telah dijalankan sejak tahun 2017 di hampir 30 desa di Kabupaten Poso dan Sigi tersebut, Encum menyampaikan pihaknya ingin mencapai setidaknya tiga hal, yakni peningkatan pada sisi ekologis, ekonomis dan sosial budaya.
Hal itu, kata dia, mendorong pencapaian jargon KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) yakni Hutan Lestari Rakyat Sejahtera bisa tercapai secara berkesinambungan.
“Sejak tahun 2017 bersama-sama menanam komoditas ada kayu-kayuan yang bisa dimanfaatkan setelah panen, ada tanaman kehutanan ada pertanian yang bernilai ekonomis, buah-buahan seperti kopi, kemiri dan durian. Dengan tanaman tahunan, apalagi kehutanan, kita juga bisa meningkatkan penunjang produktifitas lahan, melalui tutupan lahan oleh tanaman-tanaman tahunan. Jadi secara ekologis lebih meningkat,” tutur Encum.
Ia berharap, kegiatan tersebut dapat memberikan hasil (output) berkesinambungan pada FP III, yang dapat memberikan dorongan kepada masyarakat, khususnya kelompok tani, utamanya terkait pengelolaan pascapanen dan dukungan pemasaran pada hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan agroforestri. IEA