Burung Indonesia dan BBTNLL, Gelar Semiloka Siapkan Kurikulum Konservasi TNLL

FOTO HLLL SEMILOKA
SEMILOKA untuk mempersiapkan pengembangan kurikulum lokal muatan konservasi TNLL yang digelar Burung Indonesia dan BBTNLL didukung Forest Programme III Sulawesi. FOTO: IST

PALU, MERCUSUAR – Burung Indonesia dan Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) dengan dukungan Forest Programme III Sulawesi menggelar seminar dan lokakarya (Semiloka) untuk mempersiapkan pengembangan kurikulum lokal muatan konservasi TNLL.

Kegiatan tersebut ditargetkan menghasilkan buku pegangan guru yang berisi kurikulum lokal pendidikan muatan konservasi yang nantinya akan digunakan di sekolah tingkat pendidikan dasar, yakni SD dan SMP di sekitar TNLL.

Semiloka dengan mengundang guru-guru dari 10 perwakilan sekolah sekitar TNLL, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng, Kabupaten Poso dan Sigi, serta perwakilan masyarakat adat itu dibuka oleh Kepala BBTNLL, Jusman.

Jusman mengatakan melalui kegiatan itu diharapkan bisa memberikan akses adanya pemahaman tentang pentingnya pelestarian lingkungan, khususnya di TNLL.

“Nantinya ada modul muatan lokal untuk pendidikan konservesi di sekolah-sekolah,” katanya.

Sulawesi Senior Programme Officer Burung Indonesia, Andi faisal mengatakan pihaknya telah melakukan pengumpulan berbagai bahan dalam mendukung pengembangan kurikulum. Hal itu dilakukan melalui penyusunan kajian literatur TNLL, penjangkuan para pihak kunci dan kajian tingkat pengetahuan dan sikap murid di sekolah sekitar TNLL dengan menggunakan metode KAP (Knowladge, Attitude and Practice).

Menurutnya, kajian literatur mencakup studi dokumen tentang nilai ekologi, sosial budaya dan ekonomi dari TNLL. Selain itu, dilakukan studi modul program TNC dan BBTNLL yang dilaksanakan pada 2008.

Hasil studi literature, lanjut dia, diperkaya melalui diskusi terfokus dan wawancara pihak kunci terutama tentang pembelajaran program TNC dan BB-TNLL. Kajian pada aspek ekologi mencakup pengetahuan tentang ekosistem baik tentang habitat serta flora dan fauna, kondisi geografis dan potensi serta tantangan perlindungan dan pengelolaan kawasan TNLL.

Sementara, kajian sosial-budaya mencakup kondisi budaya atau adat masyarakat, norma dan nilai penting dalam adat istiadat yang wajib dipelihara, pola pemanfaatan lahan dan kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam, budaya megalithikum, kondisi budaya saat ini dan potensi dampak yang ditimbulkan jika budaya ini hilang.

Aspek terakhir, kata dia, ekonomi, mencakup tentang perekonomian masyarakat, mata pencaharian utama masyarakat, pola keruangan seperti perkebunan masyarakat dan potensi dampak yang ditimbulkan dengan terpeliharanya budaya dan konservasi serta nilai ekonomi yang bersumber dari kawasan TNLL.

Menurutnya, melalui survei KAP dari bagian pengembangan muatan lokal pendidikan konservasi, dilakukan pengumpulan data terkait tingkat pengetahuan, sikap dan prilaku murid usia pendidikan dasar yang berkaitan dengan TNLL.

Untuk menindaklanjuti pengembangan kurikulum pendidikan konservasi TNLL, Burung Indonesia memandang perlu menyediakan ruang berbagi para pihak melalui semiloka kurikulum pendidikan konservasi TNLL, untuk membahas sejauhmana sinergi untuk pendidikan konservasi dapat dilakukan.

Dia menambahkan, kegiatan semiloka merupakan bagian dari komponen program dalam pengembangan desain dan strategi edukasi formal yang akan disusun bersama antara pihak Balai Besar TNLL, pemerintah kabupaten Poso dan kabupaten Sigi melalui Dinas Pendidikan setiap kabupaten, pihak sekolah, serta pihak desa ataupun kelompok konservasi masyarakat yang selama ini telah terlibat dalam kegiatan konservasi.

Diharapkan melalui Semiloka akan didapatkan kesepahaman dan komitmen antara BBTNLL dengan Dinas Pendidikan Poso dan Poso. TIN

Pos terkait