TONDO, MERCUSUAR – Ratusan massa yang terdiri dari mahasiswa dan LSM, tergabung dalam Aliansi Rakyat Bersatu berunjukrasa di depan Mapolda Sulteng, menuntut pihak kepolisian segera mengungkap oknum Polisi yang diduga melakukan penembakan terhadap salah seorang pendemo, saat unjuk rasa menolak tambang di Desa Sinei, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parmout).
Massa aksi mendatangi Mapolda Sulteng di Jalan Soekarno Hatta, Senin (14/2/2022) sekira pukul 09.00 wita, di tempat itu secara bergantian massa aksi menyampaikan orasi dan membacakan sejumlah tuntutan, dimana salah satunya meminta Polisi segera mengungkap kasus penembakan terhadap warga Tada yakni Alm.Erfaldi.
Setelah bernegosiasi, akhirnya dipersilakan sebanyak 20an orang dari perwakilan massa aksi untuk dapat masuk dan berdialog dengan pejabat utama di Mapolda Sulteng, usai berdialog sekira 30 menit, Novi salah seorang perwakilan dari pendemo menyampaikan bahwa dari hasil dialog dengan pihak Polda Sulteng, bahwa tindak lanjut dari penanganan kasus penembakan itu, Bid Propam telah memeriksa sebanyak 17 anggota Polisi, serta menyita 15 pucuk senjata api, demi kepentingan penyelidikan penanganan kasus tersebut.
“Begitu informasi yang disampaikan pihak kepolisian, olehnya saya minta kita semua (massa aksi) untuk mengawal ini hingga pelakunya terungkap,” ajaknya.
Sementara Koordinator Lapangan, Iskandar dalam tuntutannya menyampaikan, bahwa atas insiden itu, mereka mendesak agar Polisi harus professional dan secepatnya mengungkap pelaku penembakan, dan juga meminta kepada petinggi polri untuk mencopot Kapolres Parmout.
“Kami juga mendesak agar aparat menghentikan tindakan-tindakan represif, serta meminta pemerintah untuk menghentikan aksivitas pertambangan di Parmout,” jelasnya.
Kemudian, massa aksi melanjutkan aksinya di depan Kantor Gubernur Sulteng, mereka mendesak agar Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura keluar ruangan dan menemui langsung para pendemo untuk mendengarkan tuntutan mereka yakni menghentikan aktivitas pertambangan yang dilakukan PT Trio Kencana di wilayah Tinombo Selatan. Massa aksi sempat memanas, karena gubernur enggan menemui pendemo dengan alasan sedang mengikuti rapat dan hanya diwakili kepala dinas dan staf ahli untuk menemui pendemo.
Namun akhirnya setekah negosiasi, maka perwakilan pendemo diminta untuk menemui gubernur. Usai berdialog dengan gubernur, aksi dilanjutkan ke Komnas HAM Sulteng. AMR