Hanya Gelar Melasti Ngubeng

FOTO JELANG NYEPI

PALU, MERCUSUAR – Ada yang berbeda jelang perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru Saka 1942 di Palu. Pada tahun-tahun sebelumnya, dua hari jelang Nyepi ribuan umat Hindu di Kota Palu dan sekitarnya berbondong-bondong menuju salah satu titik pantai yang telah ditentukan untuk melaksanakan ritual Melasti. Sehari setelahnya atau sehari sebelum Nyepi, Umat Hindu kembali meramaikan jalanan dengan Parade Ogoh-ogoh, atau patung-patung raksasa simbol sikap buruk umat manusia.

Jelang Nyepi tahun ini, Rabu (25/02/2020), tidak ada pengerahan ribuan umat Hindu ke pantai untuk melaksanakan Melasti. Sebagai gantinya, dilaksanakan Melasti Ngubeng atau upacara pemelastian yang hanya dilaksanakan di lingkungan Pura, yakni di Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Palu, Senin (23/03/2020).

Sekretaris Pengurus Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha Palu, I Wayan Budi Agus Putrayasa menuturkan pelaksanaan Melasti Ngubeng di Pura tersebut dilaksanakan sejak sekira pukul 06.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita. Upacara tersebut hanya dihadiri sebagian perwakilan umat Hindu di Palu.

“Ngubeng kita laksanakan dari jam enam sampai jam sembilan pagi hanya dihadiri perwakilan-perwakilan umat saja sekitar 40 hingga 50 orang,” kata Wayan Budi, saat ditemui di Pura Agung Wana Kertha Jagatnatha, Senin (23/03/2020) siang.

TANPA PARADE OGOH-OGOH

Selain pelaksanaan Melasti, Wayan Budi juga memastikan Parade Ogoh-ogoh umat Hindu Kota Palu juga ditiadakan. Ogoh-ogoh yang sudah terlanjur jadi dibuat, akan disimpan untuk digunakan pada perayaan Nyepi tahun berikutnya. Sedianya, Parade Ogoh-ogoh dijadwalkan pada Selasa (24/02/2020). “Kita akan menyimpan ogoh-ogoh yang sudah terlanjur dibuat untuk tahun depan. Jadi sesuai imbauan ogoh-ogoh yang terlanjur dibuat tetap diselesaikan, namun disimpan untuk dilakukan proses ogoh-ogoh tahun depan,”  lanjutnya.

Hal tersebut dilakukan, menindaklanjuti instruksi pemerintah mulai dari Presiden hingga Kepala Daerah, untuk mengurangi kegiatan yang mengumpulkan orang dalam jumlah banyak, demi mencegah semakin meluasnya penyebaran COVID-10 di Indonesia.

Instruksi Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat kemudian diteruskan ke PHDI daerah se-Indonesia. “Imbauan ini berlaku di seluruh Indonesia di manapun umat Hindu berada. Pelaksanaan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak itu ditiadakan dulu, tapi kegiatannya tetap dilaksanakan seminimal mungkin mengundang orang sedikit saja,” jelas Wayan Budi.

Ia menegaskan, hal ini menjadi salah satu bentuk bahwa umat Hindu taat dengan aturan. Meskipun ia mengakui, persiapan pelaksanaan Melasti dan Parade Ogoh-ogoh telah dilakukan sejak jauh hari, komunikasi dengan berbagai pihak terkait juga telah dilaksanakan. Namun, demi kemaslahatan bersama maka ditiadakan dahulu. “Secara konsep tidak mengurangi nilai ibadah, namun diakui ada sebagian umat yang secara hati nuraninya merasa ada yang kurang. Tetapi kita sebagai umat Hindu harus legowo dan memandang ini semua adalah tugas dan kewajiban sebagai warga negara, yang menjaga jangan sampai Virus Corona semakin meluas penyebarannya,” pungkasnya. IEA 

Pos terkait