TALISE, MERCUSUAR- Deputi Bidang Bina Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Abdul Haris Achadi mengatakan, perlunya model kepemimpinan kolaboratif selama masa tanggap darurat dan proses pencarian dan pertolongan korban ketika terjadi bencana. Olehnya agar benar-benar terwujud, maka ego sektoral instansi masing-masing harus dikesampingkan terlebih dahulu.
“Memang baju kita beda tapi hati kita satu untuk kemanusiaan. Supaya orientasi saya berganti jadi kita,” tegasnya, saat rapat koordinasi (Rakor) pentingnya kepemimpinan kolaboratif dalam penanganan bencana yang diselenggarakan Basarnas di Vila Sutan Raja, Jumat (7/2/2020).
Sementara, Wali Kota Palu, Hidayat yang juga hadir dalam pertemuan itu diberi kesempatan menceritakan pengalamannya ketika bencana terjadi pada 28 September 2018 silam. Dia mengaku, tidak tahu mau berbuat apa sesudah gempa bumi, tsunami dan likuefaksi terjadi.
“Yang ditolong pertama adalah pengungsi yang berada di halaman kantor wali kota dan mereka belum makan dari malamnya setelah bencana. Akhirnya dirinya berkoordinasi dengan Alfamidi di depan Rumah Sakit Wirabuana,” ujar wali kota.
Dia menuturkan, beberapa hari pascabencana, aparat keamanan tidak bisa berbuat apa-apa karena memang masyarakat saat itu tidak bisa dikendalikan untuk memenuhi kebutuhannya. Warga berhamburan dan tidur di lapangan terbuka dalm kondisi lapar, tanpa listrik dan jaringan seluler lumpuh sehingga tidak dapat meminta pertolongan dari luar.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Sekretaris Daerah provinsi Sulawesi Tengah, Moh. Hidayat Lamakarate, Danrem 132 Tadulako, Kolonel Inf. Agus Sasmita, dan Wakil Bupati Donggala,Moh.Yasin. ABS