Dialog Wali Manis Bahas Agama dan Budaya

Dialog

TAVANJUKA, MERCUSUAR – Wali Kota Palu, Hidayat menjadi salah satu narasumber pada kegiatan diskusi ilmiah bersama para tokoh masyarakat, akademisi, dan para mahasiswa di kediamannya Kelurahan Tavanjuka Kecamatan Tatanga, pada Senin (5/8/2019) malam.

Diskusi yang rutin dilaksanakan setiap bulannya ini digelar oleh Yayasan Wali Manis melalui Bidang Majelis Kajian Ilmiah yang kali ini mengangkat tema “Agama dan Budaya.”. Wali kota menjelaskan bahwa budaya yang ingin dibangun Pemerintah Kota Palu melalui visinya “Palu Kota Jasa Berbudaya dan Beradat Dilandasi Iman dan Taqwa” adalah budaya yang berbasis nilai.

“Ada tiga nilai yang kita ingin bangun, yaitu nilai kekeluargaan, kegotongroyongan, dan nilai toleransi. Ini yang kita akan bangun di seluruh aspek kehidupan masyarakat,”jelas Hidayat.

Sementara adat, menurut Hidayat adalah aturan yang mengatur tatanan kehidupan manusia. Dimana, katanya adat itu ada di kitab suci agama dan harus dipatuhi. Sementara Balia dan sebagainya, merupakan adat istiadat yang tidak harus dilaksanakan.

Sejalan dengan itu, Wakil Ketua MUI Kota Palu, Dr. Sagir Amin menyatakan adat merupakan kepingan kebudayaan yang bersifat lokal di sebuah negeri, kalau adat tidak dilaksanakan, kata Sagir, maka akan koyak negeri ini.

“Kebiasaan-kebiasaan manusia yang baik itu, penting kita jaga. Segala tradisi baik yang lahir dari pikiran harus kita lestarikan. Kalau tidak ada akal, agama mati,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PB Alkhairaat, Ridwan Yalidjama menyatakan adat adalah benteng terkuat menjaga agama, karena masyarakat akan lebih takut ketika mendapat ancaman sanksi adat atau givu.

Menurut  Ridwan masyarakat saat ini terlalu cepat memvonis sesuatu, padahal tidak terlalu paham atau tahu permasalahan yang sedang terjadi. “Dulu perbedaan pandangan itu rahmat, tapi saat ini, katanya perbedaan itu sesat. Banyak orang sekarang merasa pandai, bukan pandai merasa,” katanya. ABS

Pos terkait