Disdik Sulteng Target Tingkatkan Guru Penggerak

LERE, MERCUSUAR – Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menargetkan
peningkatan para guru dan sekolah penggerak. Sebelumnya, pemerintah memiliki program sekolah
penggerak, di mana secara perlahan tetapi pasti, terjadi peningkatan jumlah-jumlah sekolah yang ingin
jadi sekolah penggerak.
“Saya biasa sebut SMA plus, dimana sekolah penggerak itu memiliki guru-guru penggerak yang
berkompetensi dan berkualitas, sebab untuk menjadi guru penggerak tidak gampang harus melewati
beberapa tahapan seleksi,” kata Kadis Dikbud Sulteng, Yudiawati Vidiana, Jumat (7/4/2023)
.
Pihaknya mengatakan, perlu diketahui provinsi Sulteng termasuk wilayah, yang pergerakan jumlah
sekolah penggerak maupun guru penggerak cukup signifikan.
“Maka target kita di tahun ini naikkan lagi 15 persen hingga 35 persen, untuk sekolah dan guru
penggerak, sehingga kita memiliki tim gerak cepat (gercep), untuk pengembangan sekolah penggerak,”
jelasnya.
Kemudian kata dia, berkaitan dengan siswa adalah implementasi kurikulum merdeka, saat ini hampir
semua sekolah sudah menggunakan kurikulum merdeka, mulai meninggalkan kurikulum 2013.
“Hampir sebagian besar sekolah bergerak cepat ikut mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan
cara mandiri. Jadi ada sekolah penggerak tentunya menerapkan kurikulum merdeka, tetapi ada juga
sekolah bukan penggerak,” ujarnya.
Saat ini, walaupun bukan sekolah penggerak, tetapi di dalamnya ada guru penggerak atau sekolah itu
didampingi dari Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP), banyak sekali sekolah-sekolah sudah
menerapkan kurikulum merdeka secara mandiri.
“Artinya mereka kita tidak biayai tetapi mereka secara mandiri, mampu menggunakan potensi-potensi
yang ada di satuan pendidikan,” ujarnya.
Olehnya itu, pihaknya berharap dengan adanya beberapa program ini, mulai dari PPPK, sekolah
penggerak, guru penggerak, implementasi Kurikulum Merdeka, pihaknya yakin dan percaya, SDM guru
yang ada akan meningkat.
“Tentunya dengan Kurikulum Merdeka, kita memberikan keleluasan kepada siswa memiliki bakat dan
minatnya. Jadi tidak diikat lagi harus IPS, IPA dan Bahasa, tetapi silahkan mereka memilih, guru juga
mendorong. Jadi antara murid dan guru ada kolaborasi ada sinergitas serta kepala sekolah, termasuk
kepada orangtua murid,” pungkasnya. UTM

Pos terkait