PALU, MERCUSUAR- Diam-diam, Indonesia memiliki ‘harta karun’ sektor minyak dan gas (migas) yang bisa diproduksi hingga 800 tahun lamanya. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Salah satu tempat harta tersebunyi tersebut ada di Pantai Selatan Banggai Sulawesi Tengah dan Selat Makassar. Malah di Selat Makassar Sulawesi depositnya mencapai 233,2 triliun kaki kubik (TFC).
‘Harta karun’ tersebut bernama metan hidrat atau gas hidrat. Namun sayangnya sampai saat ini migas non konvensional ini masih belum tersentuh.
Oleh karena itu, Arifin berharap agar ini bisa dikembangkan dan menjadi sumber alternatif baru untuk mendukung ketahanan energi nasional di masa mendatang.
“Kita harap ini bisa jadi sumber energi alternatif baru, ini mendukung ketahanan energi 800 tahun ke depan,” ungkapnya dalam webinar pekan ini.
Untuk mengenal seputar metan hidrat atau gas hidrat, dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (15/6/2021), berikut rangkuman fakta-faktanya:
Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB Doddy Abdassah mengatakan metan hidrat adalah gas hidrat berbentuk kristal es di mana molekul air membentuk struktur seperti kurungan atauclathrate, sehingga memiliki rongga yang dapat terisi oleh molekul gas.
“Jadi ada kurungan molekul-molekul air, kemudian di tengahnya menjebak molekul hidrokarbon bisa metana, C2, C3 ada juga CO2,” paparnya dalam webinar secara daring.
Gas hidrat ini menurutnya sering disebut dengan ‘Fire Ice’ karena bentuknya seperti es, namun bisa terbakar. “Gas Hidrat sering juga disebut sebagai ‘Fire Ice’,” ujarnya.
Doddy mengatakan, sebagai perbandingan, deposit gas alam mencapai 13.000 triliun kaki kubik (TCF). Sementara deposit gas hidrat di darat saja mencapai 5.000 – 12.000.000 TCF dan di bawah laut 30.000 – 49.000.000 TCF.
Lebih lanjut dia menjelaskan gas hidrat adalah sumber daya hidrokarbon non konvensional terbesar di bumi dan diperkirakan 50% deposit hidrokarbon tersimpan dalam bentuk gas hidrat.
Mengenai sumber gas, Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, potensi gas hidrat ada di pinggir-pinggir benua, baik di Eropa, Afrika, Amerika Utara dan Selatan.
Berdasarkan data Badan Litbang ESDM, dua area diketahui menjadi tempat akumulasi gas hidrat itu yaitu area permafrost di sekitar Kutub Utara dansea bedsdi laut dalam.
Namun demikian, Tutuka mengatakan, Indonesia juga punya potensi gas hidrat ini. Berdasarkan survei di awal tahun 2004, Indonesia berhasil menemukan sumber daya metan hidrat sebesar 850 TCF.
Berada di dua lokasi utama yaitu perairan Selatan Sumatera sampai ke arah Barat Laut Jawa (625 TCF) dan di Selat Makassar Sulawesi (233,2 TCF).
Berdasarkan data Balitbang ESDM, PT Pertamina (Persero) bahkan memperkirakan potensi gas hidrat di Indonesia mencapai 3.000 TCF. Namun, besaran nilai ini masih sering diperdebatkan karena belum ada penelitian komprehensif terkait gas hidrat di Indonesia.
Merujuk kepada peta topografi dasar laut Indonesia, banyak sea beds pada area laut dalam Indonesia diperkirakan memiliki akumulasi gas hidrat dengan nilai volumetrik yang sangat besar.
Analisis berdasarkan data seismik menunjukkan bahwa gas hidrat tersebar di daerah lepas pantai Simeuleu, Palung Mentawai, Selat Sunda, Busur Depan Jawa, Lombok Utara, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Aru, Misool, Kumawa, Wigeo, Wokam dan Salawati. Daerah lain yang dianggap memiliki potensi gas hidrat adalah Laut Flores, Teluk Bone, Laut Sawu, Laut Timor, lepas pantai selatan Banggai, Laut Banda, Laut Seram, Laut Maluku, dan lepas pantai utara Papua.
Mengenai hal ini, Doddy menjelaskan jika gas hidrat ini sudah mature. Penelitian terkait gas hidrat ini sudah dilakukan sejak lama dan sudah siap diproduksikan. Proyek uji coba (pilot test) pernah dilakukan oleh Jepang.
“Ada ada pilot test produksi gas hidrat di Nankai Trough Jepang,” ujarnya.S
Selain Jepang, berdasarkan data Balitbang ESDM, uji coba juga pernah dilakukan di sejumlah negara seperti China, Korea, India, Kanada, Amerika Serikat, dan Rusia. Sejauh ini mekanisme yang digunakan dalam uji coba produksi tersebut adalah depressurization, stimulasi panas dan injeksi inhibitor. TMU/CNBC