Donggala Fokus Investasi Berbasis Kearifan Lokal

RAYAKAN HUT

DONGGALA, MERCUSUAR – Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Kabupaten Donggala, 12 Agustus 2019 menjadi momentum yang sangat penting dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah pasca bencana alam dahsyat 28 September 2018 dengan mengharapkan investasi di semua sektor pembangunan.

Bupati Donggala, Drs. Kasman Lassa, SH. MH di kantornya, Jumat (9/8/2019) mengatakan bahwa dalam usia Donggala yang sudah terbilang tua ini, banyak hal yang akan dilakukannya. Terutama dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melepaskan kabupaten tertua di Sulteng ini dari salah satu daerah tertinggal di Indonesia.     

Olehnya dalam HUT ke-67 Kabupaten Donggala ini ditetapkan tema: Kita Tingkatkan Investasi Pasca Bencana Berbasis Kearifan Lokal untuk Mewujudkan Masyarakat yang Sejahtera Berdaya Saing Mandiri dan Berkarakter Menuju Indonesia Maju.

Tema ini dipandang sebagai sebuah semangat bangkit dari dampak bencana yang nantinya dapat membawa Kabupaten Donggala selangkah lebih maju dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 

Kasman Lassa di periode keduanya (2019-2024) sebagai bupati berpasangan dengan Moh. Yasin sebagai wabup yang saat masa kampanye Pilkada Serentak 2018 dikenal dengan sebutan Sakaya (Sahabat Kasman Yasin) ini, sangat menyadari tantangan berat yang akan dihadapinya dalam menjalankan roda pemerintahan.

Selain dampak bencana alam gempa bumi 7,4 SR dan tsunami yang menyapu pesisir pantai Donggala yang nyaris melumpuhkan kegiatan ekonomi masyarakat, juga perlunya membangun kebersamaan setelah menjalani Pilkada termasuk Pemilu Presiden / Wakil Presiden dan Legislatif beberapa bulan lalu.    

SLOGAN BARU, ISEMAPA MAIPIAPA

Bupati dengan kemampuan imajinasi yang tinggi serta kualitas berpikir  cerdasnya, maka diciptakanlah slogan yang diharapkan menjadi pendorong semangat untuk membangun Donggala dari masa-masa sulit akibat bencana dan dampak negatif Pemilu.  

Slogan yang telah digemakan bupati Kasman, berbunyi:

Anu makamburaka rapakasiromu. Anu Masiromu Rapakasaongu. Masintuvu Kita Maroso. Mosinggani Kita Marisi. Mosangupatuju Kita Mombangu. Mesavi Sakaya Kita Mosumomba. Isemapa Maipiapa.

Artinya: Yang berserakan kita kumpulkan. Yang terkumpul kita satukan. Bersatu padu kita kuat. Bersama-sama kita kokoh. Satu tujuan kita membangun. Naik perahu kita berlayar mencapai tujuan. Kalau bukan kita siapa lagi. Kalau bukan sekarang kapan lagi. 

Dengan slogan berbahasa Kaili ini, bupati sangat mengharapkan persatuan dalam percepatan membangun Kabupaten Donggala yang dimulai dari sekarang tanpa menunggu orang dari planet lain.

DONGGALA KOTA SEJARAH

Kecintaannya pada Donggala yang telah melahirkan empat anak ini (Tolitoli, Palu, Parigi Moutong dan Sigi) serta satu cucu (Buol) sangat tergambar jelas dari perhatiannya pada pembangunan di perdesaan dengan menganggarkan Alokasi Dana Desa (ADD) yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten di Sulteng.

Rasa cinta kepada daerah dengan mengedepankan semangat NKRI yang bernuansa merah putih juga telah diperlihatkan Bupati Kasman Lassa dalam berbagai bentuk kegiatan dan pembangunan infrstruktur di pedesaan.  

“NKRI harga mati dan Donggala sebagai kota sejarah juga tidak boleh dilupakan,” ujarnya. 

Sejarah Donggala di mata bupati memiliki kisah panjang yang tidak hanya sebatas usia 67 tahun sesuai dokumen berdirinya setelah kemerdekaan RI.  Usia Donggala menurutnya tidak berbeda jauh dengan Makassar 411 tahun atau Jakarta 492 tahun, bahkan bisa seusia Surabaya 726 tahun pada 2019 ini. 

Namun terlepas dari berapa usia Donggala, satu hal yang selalu ingin dilakukan bupati adalah memberikan nama pada sebuah bangunan atau daerah (kecamatan, desa atau kelurahan) berdasarkan asal usul daerah tersebut. Salah satu contoh, akan merubah nama Desa Kola Kola menjadi Bente atau nama Kecamatan Banawa Tengah menjadi Kecamatan Sinue.

“Nama Banawa Tengah saya pikir kedepan diganti menjadi Kecamatan Sinue,” tandasnya.

KASMAN BUPATI Ke-16 

Kabupaten Donggala sejak berdiri pada 12 Agustus 1952 telah dipimpin 16 pejabat dengan masa  pemerintahan berbeda-beda dari yang hanya setahun hingga terlama 13 tahun. Diawal berdirinya, para bupati hanya memimpin dua tahun sampai empat tahun. 

Bupati Donggala pertama, Intje Naim Dg. Mamangun menjabat dua tahun (1952-1954), kemudian RM. Pusadan tiga tahun (1954-1958) dan Bidin hanya dua tahun (1958-1960). Bupati berikutnya DM Lamakarate sampai empat tahun (1960-1964) dan kembali masa jabatan dua tahun oleh HR. Ticoalu (1964-1966).

Bupati terlama terjadi pada masa H. Abd. Aziz Lamadjido yang menjabat selama 13 tahun (1966-1979). Setelah itu masa jabatan lima tahun mulai normal namun disela itu terdapat dua carateker Drs. Galib Lasahido (1979) dan Saleh Sandagang, SH (1984).

Para bupati yang memimpin lima tahun yaitu Dr. Yan Mohammad Keleb (1979-1984), Drs. H. Ramli Noor (1984-1989), HB. Paliudju (1989-1994), Drs. H. Sachbuddin Labadjo (1994-1999) dan H. Nabi Bidja, S.Sos (1999-2004). 

Bupati selanjutnya H. Adam Ardjad Lamarauna hanya memimpin dua (2004-2006) disebabkan meninggal dunia yang digantikan oleh wakilnya, Drs. H. Habir Ponulele, MM hingga 2009. Namun karena terjadi perubahan regulasi Pilkada yang langsung dipilih oleh rakyat, maka masa jabatan Habir Ponulele hanya sampai pada 2008 dan ia berhasil memenangkan Pilkada 2008 hingga 2013. Ini berarti Habir memimpin Donggala total selama 7 tahun. 

Bupati selanjutnya dijabat Drs. Kasman Lassa, SH. MH yang berhasil menang pilkada dua periode (2014-2019 & 2019-2024) alias 10 tahun.    

Kasman Lassa menjadi orang ke 16 yang menduduki jabatan bupati, namun jika dilihat dari periodesasi jabatan maka ia menjadi bupati pada periode jabatan ke 19 (2014-2019) dan 20 (2019-2024).HID     

Pos terkait