PALU, MERCUSUAR – Aktivitas kegempaan di Sulteng khususnya Kota Palu sangat tinggi karena di jalur sesar aktif Palu Koro, hingga gempa baik getaran kecil maupun besar sangat lazim terjadi sepanjang tahun.
Salah satu upaya untuk meminimalisir fatalitas gempa adalah dengan mempersiapkan arsitektur bangunan tahan gempa yang kokoh secara konstruksi, nyaman bagi penghuninya dan memenuhi sanitasi, serta estetika bangunan.
Demikian disampaikan Gubernur Sulteng dalam sambutan yang dibacakan oleh Asisten Administrasi, Ekonomi dan Pembangunan, Bunga Elim Somba saat Workshop Peta Sumber dan Potensi Gempa di Santika Hotel, Senin (19/8/2019).
Dikatakannya, dalam menyiapkan bangunan tahan gempa perlu dipastikan bahwa bangunan tersebut layak secara sanitasi, berestetika dan menggunakan bahan-bahan yang aman, tidak mencemari lingkungan, serta berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI).
“Jangan sampai ada aspek yang sengaja dikurangi atau diabaikan. Saya tegaskan bukan gempanya yang kita takuti, tapi justru bangunannya jangan sampai runtuh dan memakan korban jiwa atau malah mempersulit kita keluar untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.
Olehnya, ia berharap agar peserta mengikuti workshop dengan serius supaya membantu menyosialisasikan dan meluruskan ke masyarakat, karena walaupun banyak masyarakat yang memakai media sosial dan internet tapi kemampuannya menyaring informasi masih rendah, sehingga sering salah menafsirkan segala sesuatu tentang gempa.
Panitia pelaksana workshop penerapan peta sumber dan bahaya gempa Indonesia 2017 dan penerapan SNI Bidang Bahan, Struktur dan Konstruksi Bangunan Pada Perencanaan Struktur Gedung, Rian Wulan Dasriani menyampaikan pentingnya kegiatan tersebut.
Menurutnya workshop yang dijadwalkan berlangsung 19-21 Agustus 2019 itu, dimaksudkan untuk menyampaikan standar, pedoman dan manual tentang teknologi bangunan beton tahan gempa terkini.
Hal itu meliputi peta bangunan dan bahaya gempa bumi 2017, SNI 1726 : 2012, tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung, SNI 17 27 : 2013, beban minimum untuk perencanaan bangunan gedung dan struktur lain serta SNI 2847: 2013 dan persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.
Peserta berjumlah 100 orang yang berasal dari berbagai profesi, yakni perwakilan universitas, pemerintah daerah kota dan provinsi di Sulteng, praktisi dan asosiasi yang terkait bidang bangunan gedung tahan gempa. Sementara terdiri Lutfi Faisal dari Puslitbang Perkim, Prof Masyur Irsyam dari ITB, Ir Davy Sukamta IP-U dari profesional bidang konstruksi, serta Ir Steffie Tumilar M Eny dari HAKI. BOB