Energi Terbarukan Penting Untuk Industri Teknologi

IMG-20190930-WA0033

PALU, MERCUSUAR – Seri General Lecture Series yang diinisiasi oleh One Asia Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang fokus pada kontribusi pembentukan Komunitas Asia di masa depan, bersama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad), kembali digelar, Jumat (27/9/2019), di Gedung Media Center Untad. Seri kuliah umum kali ini, menghadirkan peneliti PT Mineral Energy Teknologi (PT MET), Suratman D. Natayuda, M. Si.
Dalam pemaparannya, Suratman menjelaskan tentang bagaimana sumber daya mineral Indonesia dan perannya dalam industri teknologi tinggi. Peneliti tersebut menjelaskan, kekayaan sumber daya mineral sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Lanjutnya, teknologi tinggi akan membawa kehidupan modern ramah lingkungan, dengan energi bersih terbarukan dan sumber daya mineral, memiliki peran strategis untuk keberlanjutan perkembangan tersebut. Pengolahan dan pemurnian mineral logam kata dia, menjadi keniscayaan bila tidak menghasilkan bermacam jenis logam jarang, tidak hanya logam utama dan prinsip ini menjadi nilai tambah mineral sebenar-benarnya.
Sementara itu, Sekretaris Project One Asia Foundation, Purnama Ningsih, S.Pd., M.Si., Ph.D mengatakan, tahun ini merupakan tahun ketiga kerjasama antara One Asia Foundation dan FKIP Untad. Dalam kerjasama tersebut, pihak One Asia Foundation kata dia, memberikan pembiayaan untuk 15 kali seri kuliah, dengan menghadirkan para akademisi dari lokal, regional, maupun luar negeri, yang berkompeten membagikan ilmu dan pengalamannya.
Dari program ini, diharapkan mahasiwa yang mengikuti, dapat menjadi mahasiswa Indonesia yang bermanfaat dan berkualitas, serta mampu menjadi agen perdamaian, bukan secara regional namun juga global, karena Indonesia adalah bagian dari Komunitas Asia.
“Seri kuliah ini bertujuan menumbuhkan karakter keindonesiaaan, sebagai bagian dari karakter Komunitas Asia,” ujarnya.
Dengan adanya kerjasama ini kata dia, di FKIP Untad sudah ada mata kuliah pilihan, yakni Pendidikan Komunitas Asia, untuk mencetak guru yang berwawasan Komunitas Asia. Adapun peserta seri kuliah ini adalah mereka yang mengikuti mata kuliah tersebut.
“Di semester ganjil ini ada 7 program studi yang memprogramkan, sedang di semester genap, ada 6 program studi. Selama satu semester, ada 14 -15 kali pertemuan,” ujarnya.
Seri kuliah ini sendiri kata dia, memberikan wawasan keilmuan dan wawasan berpikir bagi mahasiwa, bahwa kita adalah bagian dari masyarakat Asia. Menurut dia, kita harus berpikir secara global, terutama dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. JEF

Pos terkait