Fakultas Hukum Untad Hadirkan Rocky Gerung

ROCKY GERUNG - Copy

PALU, MERCUSUAR – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Tadulako (Untad) melaksanakan Seminar Nasional bertajuk 74 tahun Indonesia Merdeka, Catatan Demokrasi Hari Ini Dalam Merajut Keutuhan Bangsa. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Gedung Media Center Untad, Kamis (22/8/2019).

Seminar tersebut menghadirkan sejumlah pembicara, seperti Sekretaris Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), Hidayat Lamakarate, Kapolda Sulteng, Brigjen Pol. Lukman Hariyanto, dan pengamat politik nasional, Rocky Gerung. Dalam pemaparannya, Rocky Gerung menilai, pemindahan ibu kota ke Kalimantan dapat menganggu alam.

Rocky Gerung mengatakan, Indonesia akan mengalami pengurangan jumlah oksigen, jika Kalimantan menjadi ibu kota.

“Bicara tentang environmental ethic, saya membayangkan kalau dijadikan ibu kota di situ (Kalimantan red.), dengan alasan apapun pasti akan mengganggu habitat,” katanya.

Dirinya mencontohkan, pemindahan ibukota ini, berpotensi menimbulkan bertambahnya frekuensi penerbangan, mengganggu hewan dan tanaman, serta pasokan oksigen pun akan berkurang.

“Pasti jumlah oksigen berkurang, karena pertambahan penduduk, pertambahan pendingin ruangan dan lain-lain,” tambahnya.

Padahal kata dia, Kalimantan merupakan paru-paru dunia.

“Kita butuh oksigen untuk kita pamerkan kepada dunia, bahwa Kalimantan adalah ibu kota oksigen dan itu yang kita banggakan,” lanjutnya.

Bahkan, Rocky Gerung tidak segan mengatakan, kekurangan oksigen bisa mempengaruhi pemikiran presiden, karena presiden menghirup karbondioksida (CO2).

“Kekurangan oksigen berbahaya buat kecerdasan,” sebutnya.

Rocky Gerung mempertanyakan alasan pemindahan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan. Dirinya menilai, pemindahan ibu kota hanya karena ide geografis dan historis, belumlah cukup beralasan.

“Presiden mengatakan, kita harus pindahkan ibu kota, karena kita perlu ibu kota di tengah-tengah NKRI. Jadi, idenya sekedar ide geografis,” ujarnya disambut tepuk riuh peserta seminar.

Alasan lain, karena Jakarta dibangun arsitektur Belanda, yang merupakan warisan kolonial.

“Alasan keluarpun tidak ada. Karena macet? tapi pak Jokowi mengatakan, jadikan saya presiden, maka lebih mudah saya mengatur ibu kota, dibanding saya jadi gubernur,” terangnya.*/JEF

Pos terkait