Februari, Kota Palu Mengalami Deflasi

BPS

PALU, MERCUSUAR – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulteng merilis pada Februari, Kota Palu mengalami deflasi sebesar 0,29 persen yang dipengaruhi turunnya indeks harga kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Kelompok bahan makanan mengalami penurunan indeks harga sebesar 1,82 persen yakni dari 146,36 pada Januari2019 menjadi 143,69 pada Februari 2019. “Terjadinya deflasi di Kota Palu karena turunya harga ikan-ikan dan rokok dan peran dari pemerintah melalui Tim Pengendali Infasi Daerah yang melakukan pemantauan terkait harga dipasaran,” kata Kepala BPS Sulteng, Faizal Anwar saat pemaparan pertumbuhan ekonomi daerah di kantor BPS, Jumat (1/3/2019).

Menurut Faizal, dalam tiga tahun terakhir Kota Palu mengalami perbedaan arah angka inflasi di Februari. Kota Palu pada periode Februari 2019 mengalami deflasi sebesar 0,29 persen. Demikian pula pada periode februari 2018 juga mengalami deflasi 0,31 persen, kemudian pada periode yang sama 2017 terjadi inflasi 0,29 persen.

Sementara laju inflasi tahun kalender hingga Februari 2019 sebesar -0,08 persen, dibandingkan periode yang sama di tahun 2018 sebesar 0,37 persen dan 2017 sebesar 1,61 persen. Inflasi year on year Februari 2019 sebesar 5,98 persen, menjadi yang tertinggi selama tiga tahun terakhir jika dibandingkan dengan periode yang sama 2018 sebesar3,05 persen dan 2017 4,19 persen.

“Tingginya laju inflasi year on year karena Kota Palu mengalami bencana pada September 2018 sehingga terjadinya kenaikan harga-harga yang tidak bisa dikendalikan pemerintah karena terhambatnya jalur distribusi barang,” ungkapnya.

Dari 82 kota pantauan IHK nasional, sebanyak 13 kota mengalami inflasi dan 69 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual 2,98 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Kendari 0,03 persen. Kota Palu menempatti posisi ke-9 tertinggi di Kawasan Sulawesi, Maluku dan Papua dan urutan ke-37 secara nasional. HAI

Pos terkait