MERCUSUAR – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) memperkuat pemahaman siswa – siswi SMA Karuna Dipa Kota Palu mengenai moderasi beragama, untuk membentuk perilaku siswa yang moderat di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.
Ketua FKUB Sulteng, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag, Senin (26/2/2024) mengemukakan, kehadiran FKUB di sekolah menengah atas (SMA), merupakan satu tekad dan konsistensi FKUB, dalam mengelola keragaman yang ada di dunia pendidikan, dengan pendekatan moderasi beragama.
“Multi kultural atau keragaman yang ada ini, bila tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kekacauan,” kata Prof. Zainal Abidin.
FKUB Provinsi Sulteng melalui kepemimpinan Prof. Zainal Abidin, menggandeng SMA Karuna Dipa untuk melaksanakan sosialisasi moderasi beragama dan pencegahan perundungan (bullying) di tingkat pelajar. Kegiatan itu dikemas oleh dalam program FKUB Go To School.
Sekitar 100 siswa – siswi kelas X dan XI SMA Karuna Dipa mengikuti sosialisasi tersebut. Kepada siswa – siswi SMA Karuna Dipa, Prof. Zainal mengatakan, SMA Karuna Dipa merupakan cerimanan keragaman Indonesia. Bagimana tidak, SMA Karuna Dipa yang didirikan oleh tokoh – tokoh Budha, bukanlah sekolah yang hanya menerima pelajar dari satu agama tertentu, melainkan menerima pelajar dari semua agama di Indonesia. Oleh karena itu, SMA Karuna Dipa sangat multikultural, yang terdiri dari berbagai agama, suku, budaya serta bahasa.
“SMA Karuna Dipa adalah representatif keragaman Indonesia,” ujar pakar Pemikiran Islam Modern UIN Datokarama ini.
Namun kata dia, keragaman yang ada di SMA Karuna Dipa harus dikelola dengan baik. Bila tidak, maka akan terjadi kekacauan dan perundungan di sekolah.
Oleh karena itu sebut dia, kehadiran FKUB di SMA Karuna Dipa, bertujuan untuk memupuk semangat persaudaraan antar-sesama siswa SMA Karuna Dipa, tanpa memandang latar belakang apapun.
“Perbedaan yang ada, baik itu perbedaan agama, suku, bahasa, warna kulit dan sebagainya. Jangan sampai membuat kita bertikai,” sebutnya.
Kata Prof. Zainal, perbedaan adalah kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, setiap manusia harus menghargai dan menjung tinggi perbedaan yang ada.
“Agar siswa bisa menghargai dan menjunjung tinggi perbedaan, maka FKUB mensosialisasikan moderasi beragama,” sebutnya.
Moderasi beragama bukanlah moderasi agama, sebab moderasi beragama berada pada tataran sosiologis yang dalam wilayah praktik keberagamaan di kehidupan sosial kemasyarakatan dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain,” jelasnya.
Sedangkan pada tataran teologis, katanya, setiap orang berhak, bahkan seharusnya meyakini kebenaran agamanya, tetapi pada saat yang sama dalam tataran sosiologis harus memahami bahwa orang lain juga memiliki keyakinan terhadap ajaran agama mereka.
Sementara itu Kepala SMA Karuna Dipa, Jusmin, menyambut baik kehadiran FKUB Sulteng di sekolah yang dipimpinnya. Ia menguraikan, SMA Karuna Dipa didirikan sejak tahun 1996, saat ini telah memiliki alumni kurang lebih 1.700 orang.
“Sekolah ini tidak hanya untuk satu agama tertentu. Sejak adanya Undang – undang Sistem Pendidikan Nasional, maka SMA Karuna Dipa menerima semua agama. SMA ini sangat plural, ada agama Budha, Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu. Juga Ada suku Tionghoa, Jawa, Kaili, dan sebagainya,” sebutnya.
Dengan pluralitas tersebut, SMA Karuna Dipa cenderung dijadikan sebagai lokasi penelitian bagi akademisi tingkat S2 dan S3 mengenai pendidikan multi kultural. Selain itu, SMA Karuna Dipa juga dijadikan sebagai percontohan sekolah ramah anak dan sekolah anti perundungan, oleh pemerintah daerah.
“Kehadiran FKUB di sekolah ini, sangat berarti karena dapat memberikan penguatan kepada kami dalam memupuk toleransi dan mencegah perundungan,” ujarnya. */JEF