PALU, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) dengan dukungan Eurasia Foundation (EAF), kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS) yang kini telah memasuki seri ke-12, Jumat (9/6/2023). GLS ke-12 yang dilaksanakan secara daring via Zoom Meeting ini, menghadirkan International Lecturer at National University of Laos, Dr. Ir. Agustinus Hermino, M.Pd, yang memaparkan mengenai Implementation of The Interprofessional Education (IPE) and Interprofessional Collaboration (IPC) at 4 Public Universities In Laos (Pelaksanaan Interprofessional Education (IPE) and Interprofessional Collaboration (IPC) di 4 Universitas Publik di Laos.
Dalam GLS ke-12 yang juga dihadiri oleh Koordinator Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Vientiane, Laos, Aik Retno Utari, Dr. Agustinus menjelaskan mengenai tantangan pengembangan dunia pendidikan tinggi di Laos, meliputi infrastruktur yang terbatas, seperti: sarana, peralatan dan laboratorium, alokasi sumber daya yang terbatas untuk perguruan tinggi negeri, kurangnya kapasitas dan keterampilan mengajar, akademik dan staf administrasi, 4. sistem penjaminan mutu perguruan tinggi nasional dan kelembagaan yang berkembang tetapi belum matang, kurikulum masih belum sesuai dengan kebutuhan pasar, kerja sama antara universitas dan sektor industri masih terbatas, kurangnya dana dan kapasitas untuk kegiatan penelitian, serta publikasi hasil penelitian masih terbatas.
Lanjut Dr. Agustinus, mulai tahun pelajaran 2021/2022 desain kurikulum pendidikan tinggi di Laos telah terealisasi dan diimplementasikan dengan nama Interprofessional Education (IPE) and Interprofessional Collaboration (IPC). Penyusunan kurikulum ini mempeertimbangkan sejumlah aspek, seperti tren, proses politik, SDG’s, serta kebutuhan negara, regional ASEAN dan kebutuhan internasional.
Menurut Dr. Agustinus, Kurikulum IPE IPC dengan subjek “Kepemimpinan dan Kolaborasi”, sebagai salah satu gambaran umum strategi penguatan pendidikan tinggi di Laos, dalam memasuki era globalisasi dan daya saing, serta dalam semangat kesetaraan dan pemerataan. Hal ini kata dia, melihat kebutuhan masyarakat dari multidisiplin ilmu dan program pemerintah, untuk kebutuhan akademik dan masyarakat.
“Kami mencoba melihat fenomena-fenomena di masyarakat, nilai kebudayaan, serta kebijakan yang ada, untuk menjadi bahan penguatan kurikulum tersebut,” ujarnya
Adapun relevansi penerapan Kurikulum IPE IPC dengan kualitas pendidikan di Laos, terdiri dari empat hal, yakni peningkatan aktivitas sivitas akademika, penguatan mutu dan relevansi pendidikan tinggi, penguatan mutu dosen dan tenaga kependidikan, serta penguatan sistem tata kelola di perguruan tinggi dan Kementerian Pendidikan. JEF