GLS ke-13 Bahas Multikulturalisme di Jepang

PALU, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) dengan dukungan Eurasia Foundation (EAF), kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS), yang pada pelaksanaan tahun keenam di 2023 ini, telah memasuki seri ke-13. Seri ke-13 GLS ini dilaksanakan secara hybrid pada Sabtu (17/6/2023), bertempat di Ruang FKIP 07 Untad.

Seri ke-13 GLS ini menghadirkan akademisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Dianni Risda, M.Ed. Kali ini, Dianni memaparkan mengenai Japan’s Multicultural Society (Masyarakat Multikultural Jepang). Dianni dalam pemaparannya menjelaskan, perkembangan masyarakat multikultural Jepang, dimulai sejak tahun 1980, saat mulai dikenal istilah New Comer, sebagai akibat dari pernikahan campuran. Kemudian pada tahun 1990, UU Kontrol Imigrasi dan Pengakuan Pengungsi di Jepang direvisi. Pemerintah kemudian mempromosikan kedatangan orang Amerika Selatan keturunan Jepang ke Jepang.

Selanjutnya pada 2008, terjadi resesi ekonomi yang disebabkan oleh Lehman Shock, yang menyebabkan jumlah orang asing mengalami penurunan sementara, karena dampak Gempa Besar Jepang Timur. Namun pada 2013, jumlah orang asing mulai bertambah lagi. Kemudian, dilakukan revisi UU Imigrasi dan UU Kementerian Kehakiman, yang mencakup pembuatan status kependudukan baru untuk penerimaan pekerja asing.    

Berdasarkan data tahun 2020, penduduk asing asal Cina masih menjadi penduduk asing yang terbanyak di Jepang, dengan jumlah 778.112 jiwa atau 27 persen dari total populasi di Jepang. Selain Cina, negara-negara dengan jumlah penduduk asing terbanyak di Jepang, masing-masing Vietnam, Korea Selatan, Filipina, Brazil, Nepal, Indonesia, Taiwan, USA dan Thailand.

Kemudian, berdasarkan jenis visa, penduduk asing terbanyak di Jepang adalah yang memiliki visa permanen, yang berjumlah 807.517 jiwa, lalu tenaga magang asing berjumlah 378.200 jiwa, penduduk permanen khusus 304.430 jiwa, Teknik, Kokusai Gyomu, Jinmon Chishiki 283.380 jiwa dan mahasiswa 280.901 jiwa.

Meningkatnya jumlah penduduk asing di Jepang, salah satunya disebabkan oleh fenomena aging society di Jepang, yaitu perbandingan jumlah lansia yang lebih banyak daripada penduduk usia produktif. Menurunnya angka kelahiran, menimbulkan permasalahan semakin berkurangnya penduduk dengan usia produktif, sehingga perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor, seperti, industri pangan, otomotif, perhotelan, pariwisata dan lain-lain, juga rumah sakit dan panti jompo, sangat kekurangan sumber daya manusia. Ini menjadi permasalahan utama bagi Jepang  

Adapun upaya pemerintah Jepang untuk mewujudkan multikulturalisme di masyarakatnya, adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan nasionalnya. Hal ini, di antaranya dilakukan dengan pendidikan pemahaman budaya internasional  kepada anak-anak yang tidak mengenal budaya asing, pendidikan pemahaman budaya internasional  kepada anak-anak yang baru kembali dari luar negeri (Kikoku Shijo), pendidikan pemahaman budaya internasional kepada anak-anak dari keluarga campuran, juga mendorong anak untuk memahami keberagaman dan perbedaan.

Selain upaya tersebut, upaya lain yang juga dilakukan adalah mendatangkan mahasiswa asing, dengan target 300.000 mahasiswa asing. Kemudian, pemerintah Jepang juga bergerak lewat diplomasi kebudayaan, yakni mengundang wartawan dan reporter yang tertarik dengan animasi Jepang pada tahun 2005, memberikan bantuan kepada para pelaku industri pop culture untuk melakukan promosi ke luar negeri, keterlibatan kementerian ekonomi dan industri dalam Strategi Global Content, serta keterlibatan Dewan Budaya Nasional. JEF

Pos terkait