GLS ke-9, Sejarawan UGM Bahas Perubahan Pendidikan di Korea Dari Perspektif Budaya

PALU, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad), dengan dukungan Eurasia Foundation (EAF), kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS), yang kini telah memasuki tahun keenam pelaksanaan. GLS tahun keenam ini telah memasuki seri ke-9, yang dilaksanakan secara daring pada Jumat (28/4/2023).

GLS ke- 9 ini menghadirkan Dosen Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada ((UGM), Nur Aini Setiawati, M.Hum., Ph.D. Dalam pemaparannya, Nur Aini menjelaskan mengenai Korean Education: The Process of Change In A Cultural Context (Pendidikan Korea: Proses Perubahan Dalam Konteks Budaya).

Nur Aini menjelaskan, Korea Selatan disebut sebagai negara dengan pembangunan ekonomi yang sukses. Kesuksesan ini bersumber dengan terus tumbuhnya pendidikan di Korea Selatan. Sektor pendidikan Korea memiliki tingkat yang tinggi setara dengan negara maju. Dalam 3 dekade, Korea telah mencapai cakupan 100 persen untuk pendidikan dasar dan menengah.

Sistem edukasi di Korea sendiri, terdiri dari enam tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah menengah, tiga tahun sekolah menengah atas, dan dua tahun perguruan tinggi junior atau empat tahun perguruan tinggi atau universitas.

Lanjut Nur Aini, pendidikan tinggi modern di Korea sejak akhir abad ke-19, telah dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, faktor spiritual, lewat kegiatan pendidikan misionaris Kristen Barat dan pemikiran agama. Kedua, faktor praktis, seperti warisan kolonial Jepang dan Amerika, dan filosofi tradisional yang diadopsi dari situasi sosial-politik dalam dan luar negeri, serta kebijakan pemerintah untuk pembangunan ekonomi nasional melalui industrialisasi, dan permintaan tenaga kerja yang berkualitas tinggi dan pembentukan masyarakat yang berorientasi pada informasi.

Menurut Nur Aini, dalam konteks budaya, pengaruh Konfusianisme terhadap masyarakat dan pendidikan di Korea sangat kuat. Konfusianisme telah mempengaruhi masyarakat Asia Timur sejak zaman kuno. Harmoni dan tradisi adalah elemen yang tak terpisahkan dalam budaya Konfusianisme, yang telah dihargai dalam semua aspek kehidupan sehari-hari di negara-negara Asia Timur.

Tujuan besar pendidikan Korea adalah berasal dari ideologi Hongik Ingan (semangat pendiri kerajaan kuno pertama kerajaan Korea sekitar 5.000 tahun yang lalu). Hongik Ingan berarti; perluasan manusia kesejahteraan manusia, yang berkontribusi pada manfaat keseluruhan kehidupan setiap manusia; untuk membantu semua orang dalam mengembangkan karakter moral individu, untuk mengembangkan kemampuan untuk mencapai kehidupan yang mandiri, untuk memperoleh kualifikasi sebagai warga negara demokrasi, untuk dapat memainkan peran positif dalam masyarakat demokratis. JEF

Pos terkait