GLS Seri ke-7, Dr. Romeyn Bahas Budaya Digital Indonesia

TONDO, MERCUSUAR – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) dengan dukungan Eurasia Foundation (EAF) kembali melaksanakan General Lecture Series (GLS) atau Seri Kuliah Umum, yang tahun ini memasuki tahun keenam pelaksanaannya. Pelaksanaan GLS pada tahun keenam ini, telah memasuki seri ke-7, yang dilaksanakan secara virtual pada Rabu (5/4/2023). 

Seri ke-7 GLS ini menghadirkan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Romeyn Perdana Putra, S.Sos, MBA, MM, sebagai pembicara. Pada seri tersebut, Dr. Romeyn membahas mengenai “Digital Civilization and Civilization of the Archipelago: Literacy facing the tsunami and information and communication” atau “Peradaban Digital dan Peradaban Nusantara: Literasi Menghadapi Tsunami dan Informasi dan Komunikasi”.

Dalam pemaparannya, Dr. Romeyn menjelaskan, berdasarkan data Microsoft tahun 2021, Indonesia merupakan negara dengan indeks keadaban digital paling buruk di Asia Pasifik. Untuk itu, masyarakat perlu mengenal batasan kepatutan dan kepantasan dalam konten media sosial.

Menurut Dr. Romeyn, ada beberapa hal yang menjadi tantangan keadaban digital di Indonesia, di antaranya budaya saling berebut panggung, hilangnya hak dan kewajiban warga digital (netizen), atas nama kebebasan berekspresi semua bisa ditabrak atas nama kreasi konten, penghargaan terhadap perbedaan dan toleransi menjadi terdegradasi, garis batas wilayah privasi menjadi tersamarkan, serta pelanggaran hak cipta atau karya intelektual menjadi hal biasa. Untuk itu menurutnya, masyarakat harus mewujudkan budaya digital yang menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital, serta mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.

“Mari kita jadikan budaya bangsa ramah terhadap sesama, santun bermedia sosial dan beretika dalam menanggapi persoalan,” ujarnya. JEF

Pos terkait