Gubernur Klaim Angka Stunting Berhasil Diturunkan

FOTO GUBERNUR SULTENG STUNTING

BESUSU TENGAH, MERCUSUAR – Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya.

Anak yang menderita stunting akan lebih rentan terhadap penyakit dan ketika dewasa berisiko untuk mengidap penyakit penyakit seperti jantung, hipertensi dan lain-lain. Tidak hanya itu stanting juga mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.

Hal tersebut disampaikan Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola dalam sambutannya pada acara pembukaan rapat koordinasi (Rakor) Tim Percepatan Penanggulangan Stunting Sulteng di salah satu hotel di Palu, Selasa (22/10/2019).
Menurutnya, bisa dibayangkan bagaimana kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) di masa mendatang jika saat ini banyak anak yang menderita stunting.

“Bisa dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam menghadapi tantangan global,” katanya.

Gubernur Longki mengemukakan, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir angka stunting berhasil diturunkan, akan tetapi penurunannya masih di atas angka ambang batas WHO, yaitu 20 persen berdasarkan hasil riset kesehatan dasar. Tahun 2018 prevalensi hipertensi nasional berada di angka 30,8 perseb atau lebih kecil dari tahun 2013 sebesar 37,2 persen.

Dari sumber yang sama, prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang di Sulteng pada 2018 tercatat sebesar 19,7 persen, presentase ini menurun dari pada hasil Riskesdas 2013, yakni sebesar 24 persen. Sementara prevalensi balita pendek dan sangat pendek pun juga ikut menurun dari 41persen menjadi 32,3 persen.

“Tetapi prevalensi balita kurus dan sangat kurus justru yang mengalami peningkatan dari 9, 4 persen menjadi 12, 8 persen,” tutur Gubernur Longki.

Oleh sebab itu lanjut dia, untuk mencegahnya, pemerintah telah mencanangkan program intervensi pencegahan stunting terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada tahun 2018 yang lalu sudah ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi penurunan stunting. Jumlah ini akan bertambah sebanyak 6 Kabupaten di tahun berikutnya. Kabupaten yang jadi lokus stunting tahun 2018 adalah Kabupaten Banggai. Tahun ini Kabupaten Parigi Moutong, tahun depan adalah Kabupaten Morowali dan Sigi. Melalui kerja sama lintas sektor ini diharapkan dapat efektif menekan prevalensi stunting di Indonesia khususnya di Sulteng, sehingga dapat memenuhi target tujuan pembangunan berkelanjutan tahun 2025, yaitu angka stanting menurun hingga 40 persen.

“Oleh karena itu saya mengajak OPD beserta mitra kerja untuk berperan serta mensukseskan program terobosan,” jelasnya.

Terobosan itu sebut Gubernur Longki, dalam rangka penanggulangan dan percepatan penurunan stunting di Sulteng. BOB

Pos terkait