PALU, MERCUSUAR – PT. Citra Nuansa Elok (CNE) telah memulai pembangunan kembali New Tatura Mall (NTM) Palu, pada Kamis (20/2/2020). Pusat perbelanjaan yang sebelumnya bernama Mall Tatura Palu (MTP) itu dibangun kembali setelah ambruk akibat bencana 28 September 2018.
Direktur Utama PT CNE pengelola NTM Palu, Mohammad Sandiri menyebutkan, pembangunan yang akan menelan biaya sekira Rp379,2 miliar itu, menggunakan konstruksi bangunan SNI Terbarukan.
“Ini kami lakukan untuk menjaga kualitas bangunan. dan Insya Allah bisa bertahan dari guncangan gempa berkekuatan di atas Magnitudo 9.0,” katanya disela-sela peletakan batu pertama (Groundbreaking), Kamis (20/2/2020).
NTM akan jadi lebih luas dari bangunan sebelumnya, yakni menjadi tujuh lantai yang terdiri dari dua lantai berupa Basement untuk parkiran yang bisa menampung sekira 700 kendaraan roda empat.
“Sedangkan lima lantai ke atas akan ada ruang pameran, swalayan, dan tenant-tenant lainnya sekira 25 ribu meter persegi (M2),” jelasnya.
Sebelumnya, Team Leader PT Aditama Karya Enggineering and Consultant, Abdurrahman mengatakan, pihaknya mengikuti segala arahan dalam regulasi yang berkaitan dengan konstruksi gedung sekelas mall. Salah satunya adalah regulasi ketahanan gedung untuk merespon guncangan gempa hingga 9 Skala Richter (SR).
“Kami mengikuti semua ketentuan terkait konstruksi kami patuhi. Insya Allah mall baru ini nantinya bisa merespon gempa di atas 9.0 SR,” jelasnya saat memaparkan hal teknis terkait konstruksi gedung NTM, di hadapan komisi gabungan DPRD Kota Palu, di ruang sidang utama Kantor DPRD Palu, Rabu (19/2/2020).
Bahkan menurut dia, gedung ini nantinya juga bisa menjadi titik kumpul evakuasi jika terjadi gempa. Material dinding NTM tidak akan menggunakan batu bata ataupun batako seperti sebelumnya. Tetapi menggunakan material kaca.
Karena dalam pandangan ahli kontruksi kata Umang sapaan akrabnya, material kaca dianggap lebih dapat mereduksi kekuatan goncangan terhadap gempa ketimbang batu bata ataupun batako. Bangunan baru ini juga akan dilengkapi dengan tiga tangga darurat.
Sementara, lanjutnya mengenai zona rawan. Unang menyebut, lokasi NTM berada sejauh 3 kilometer dari titik sesar atau patahan. Oleh kalangan perencana konstruksi, menurutnya 3 kilometer adalah jarak yang aman.
Sementara untuk mengurangi potensi likuifaksi, pihaknya telah melakukan rekayasa konstruksi bangunan, yang diawali dengan proses Sondir, Booring maupun Uji Geolostrik.
“Rekayasa salahsatunya adalah dengan menambah panjang tiang pancang bangunan sepanjang 15 meter ke dalam tanah dari lantai paling dasar,” demikian Umang.UTM