PALU, MERCUSUAR – Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako (Untad) melaksanakan diskusi informal dengan tema tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), Senin (24/7/2024). Diskusi yang dilaksanakan di Ruang Senat FISIP Untad ini, difasilitatori oleh Profesor Antropologi University of Western Australia (UWA), Prof. Greg Acciaioli, PhD dan dimoderatori oleh dosen Antropologi Untad, Muh. Nasrum, S.Sos, M.Sc.
Diskusi ini dihadiri oleh puluhan peserta, yang merupakan representasi akademisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Koordinator Program Studi Antropologi, Siti Hajar N. Aepu, S.Sos., M.Si dalam sambutannya mengatakan, diskusi ini digelar untuk mengeksplorasi bagaimana para peneliti, akademisi, aktivis, pemerintah dan pihak-pihak lain, dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Prof. Greg Acciaioli, PhD menjelaskan, diskusi di ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana para peneliti, aktivis, pejabat pemerintah, dan pihak-pihak lain yang memiliki orientasi yang didasari oleh ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, terlibat dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Diskusi ini kata dia, dimaksudkan sebagai latar belakang untuk presentasi yang membandingkan keterlibatan ilmu-ilmu sosial, khususnya antropologi, dengan SDGs di Indonesia dan Malaysia yang akan diberikan pada simposium dua tahunan di Johannesburg, November 2024, oleh World Council of Anthropological Associations (WCAA). WCAA adalah sebuah organisasi yang mewakili 56 kelompok antropolog nasional, regional, dan internasional, termasuk Asosiasi Antropologi Indonesia sebagai salah satu asosiasi nasional anggotanya.
Pada diskusi ini dikaji berbagai kemungkinan yang diwakili oleh SDGs untuk keterlibatan para praktisi ilmu sosial, pendidik dan peneliti, dengan penekanan khusus tetapi tidak eksklusif pada antropologi. Hal ini memungkinkan para praktisi, pendidik, dan peneliti yang beragam untuk mengkaji, melalui pertimbangan SDGs, cara-cara yang digunakan oleh disiplin ilmu sosial di Indonesia untuk membingkai tantangan utama yang dihadapi umat manusia saat ini.
“Diskusi ini juga akan mengeksplorasi bagaimana disiplin ilmu sosial seperti antropologi terlibat dengan kebijakan pemerintah, serta memeriksa implikasi dari pendekatan yang lebih berorientasi pada kebijakan dalam melakukan ilmu sosial,” jelasnya.
Pada diskusi ini, hadir sejumlah perspektif dari para peserta yang hadir. Optimalisasi SDG’s dilihat dengan standarisasi yang diterapkan dalam setiap poinnya.
Optimalisasi SDG’s juga dibenturkan dengan kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah, khususnya kebijakan terhadap industri ekstraktif, yang dinilai tidak sesuai dengan cita-cita pembangunan hijau yang diusung oleh SDG’s. Pembangunan sektor pendidikan juga dinilai sebagai elemen penting dalam optimalisasi SDG’s. Pendidikan dinilai merupakan sarana penting optimalisasi SDG’s di tingkat lokal. JEF