KABONENA, MERCUSUAR – Hujan deras yang mengguyur Kota Palu dan sekitarnya, Rabu (8/3/2023) dini hari, membuat sejumlah drainase meluap dan menggenangi ruas jalan, salah satu wilayah yang mengalami luapan drainase yakni Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi.
Lurah Kabonena, Putra M Airlangga mengatakan, peristiwa itu terjadi sekira pukul 01.20 wita, untuk wilayah Kebonena terdapat beberapa titik drainase yang meluap, sehingga menggenangi ruas jalan kira-kira 20 sentimeter. Kondisi itu meyulitkan kendaraan untuk melintas, luapan air juga bahkan masuk ke teras rumah warga.
“Ada beberapa titik luapan pak, karena drainase yang tidak bisa menerima luapan hujan yang cukup lebat, dan rata rata wilayah BTN karena drainase yang dibuat oleh pihak developer tidak begitu besar,”jelasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Bappeda Kota Palu, Ibnu Mundzir, Selasa (10/5/2022) menjelaskan, kejadian banjir di Kota Palu lebih banyak disebabkan oleh faktor alam, yaitu topografi yang datar dan jenis tanah aluvial dan tekstur lempung yang buruk untuk menahan air, sehingga air tidak bisa meresap bagus jika datang dalam jumlah yang banyak.
Selain itu kata dia, faktor drainase perkotaan yang belum saling terintegrasi secara baik, serta faktor kebiasaan penduduk yang masih memandang drainase sebagai bagian untuk mengalirkan sampah yang ada, juga endapan material di drainase yang jarang dikeruk, membuat kualitas drainase untuk mengalirkan air juga menjadi buruk dan menyebabkan drainase tidak mampu mengalirkan air, saat debit air meninggi, sehingga meluap dan menggenangi pemukiman.
Menurut Ibnu, solusi untuk mengatasi persoalan ini, yaitu menggunakan pendekatan teknis struktural dan non struktural. Pendekatan struktural dilakukan dengan perbaikan drainase secara menyeluruh, melihat bahwa sampai hari ini, Kota Palu belum memiliki master plan drainase yang utuh dalam skala kota, yang mengintegrasikan alur alam yang ada, sampai ke pembuangan badan air yang akhir.
Adapun pendekatan non struktural yang dapat dilakukan, yakni memfungsikan kembali badan air alami (keke), untuk saluran pembawa air yang ada dan mengedukasi masyarakat, untuk tidak lagi membuang sampah di sungai atau alur alam yang ada. AMR