Ingatkan Manusia Hidup Harmonis Dengan Alam

LORONG WAKTU

TALISE VALANGGUNI, MERCUSUAR – Semua mata tiba-tiba  tertuju pada satu titik ketika mendengarkan suara nyaring dari Hapri Ika Poigi yang membacakan sinopsis lakon “Refleksi Lorong Waktu” di panggung utama Sulteng Expo 2019, Rabu (10/4/2019) malam.

Penampilan teater dan musik performing art yang ditampilkan oleh Dewan Kesenian Sulawesi Tengah (DKST) dengan melibatkan beberapa sanggar seni kampus mampu menghipnotis pengunjung Sulteng Expo 2019.

Dengan hanya menyaksikan teater gerak dan mendengar suara lantang dari si pembaca sinopsis, penonton bisa ikut hanyut dalam lakon cerita tersebut. Tak sedikit dari pengunjung yang menyaksikan menunjukan wajah kesedihan dan bahkan beberapa dari ibu-ibu meneteskan air mata.

“Saya jadi ingat kembali waktu gempa September lalu, apalagi kejadian likuifaksi. Ya Allah bagaimana keluarga saya berusaha menyelamatkan diri dari terjangan lumpur dan berusaha mencari keluarga, persis seperti yang ditampilkan anak-anak teater diatas panggung itu,” ujar salah satu pengunjung Sulteng Expo sembari mengusap air matanya.

Disaat yang lain terpaku menyaksikan lakon refreksi lorong waktu, penonton lainnya tidak ketinggalan mengabadikan momen tersebut dengan merekam aksi teater yang dipersembahkan oleh komite teater dan musik DKST.

Penanggung jawab produksi, Hapri Ika Poigi mengatakan lakon refleksi lorong waktu yang disajikan kali ini  menceritakan tentang peristiwa alam yang terjadi di Palu, Sigi dan Donggala pada September 2019 yang lalu.

Menurutnya, peristiwa bencana alam  yang menelan begitu banyak korban, terutama korban jiwa manusia  dan alam itu sendiri menyebabkan kita manusia tidak bisa berdaya atas musibah tersebut. Selain itu lanjut Hapri, alam dan manusia tidak lagi harmonis yang disebabkan oleh perlakuan tangan-tangan manusia yang merusak alam itu sendiri.

Kearifan lokal dan pengetahuan tentang sejarah kata Hapri, diharapkan mampu menciptakan keseimbangan dalam sebuah harmoni seperti yang diwujudkan dalam buyi dan gerak yang ditampilkan dalam lakon refleksi lorong waktu oleh DKST  bersama anak-anak dari beberapa sanggar seni kampus.

Sementara dibagian adegan lain, menjelaskan bahwa bunyi-bunyian yang terdengar, merupakan isyarat pentingnya pengetahuan lokal dalam memulihkan sikap dan tindakan manusia untuk tidak terjebak dan larut dalam suasana bencana yang menimpa, baik dipesisir, lembah sampai dataran tinggi.

“Dibutuhkan suara-suara yang bangkit dan hidup dari ruang-ruang sempit yang pengap, maka dibutuhkn sebuah upaya bersama bahwa alam dan manusia menjadi satu kesatuan yang terus bangkit dalam dimensi hidup yang berkelanjutan menuju keabadian,” kata Hapri.

Lakon refreksi lorong waktu merupakan hasil ide dan riset dari Hapri Ika Poigi yang disutradarai oleh Dili Swarno produksi Komite teater dan musik DKST dengan pendukung lakon dari Komunitas Seni Tadukalo (KST), Teater Lentera, Dapur Seni 45, technocrat_12, Katimuda Art, Sascaraka Toveata, Sosuilogi Art dan L. K Tirani. TIN

Pos terkait