Islamic Relief Evaluasi Program DROFLERD di Sulteng

Lesson Learned dan workshop evaluasi program DROFLERD-DRM, yang selama lima tahun terakhir dilaksanakan di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Kegiatan berlangsung di Ballroom Hotel Best Western Plus Coco Palu, Selasa (25/11/2025). FOTO: AMAR SAKTI

BIROBULI UTARA, MERCUSUAR — Islamic Relief Indonesia (Yayasan Relief Islami Indonesia) menggelar kegiatan Lesson Learned dan workshop evaluasi program Deepening Role of Faith and Religious Places in Disaster Risk Management (DROFLERD-DRM), yang selama lima tahun terakhir dilaksanakan di wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Kegiatan berlangsung di Ballroom Hotel Best Western Plus Coco Palu, Selasa (25/11/2025).

CEO Islamic Relief Indonesia, Nanang Subanadirja, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak, khususnya perwakilan lintas agama yang telah berkolaborasi dan mendukung pelaksanaan program. Ia menegaskan, pelibatan tokoh agama dalam penyusunan dokumen-dokumen penanggulangan bencana menjadi langkah penting untuk membangun ketangguhan umat.

“Ini pemikiran yang sangat mulia, bagaimana para tokoh agama dapat membina umat dalam pengurangan risiko bencana serta menciptakan kesiapsiagaan menghadapi bencana,” jelasnya.

Nanang menambahkan, Islamic Relief Indonesia terus mendorong kolaborasi lintas agama, terutama dalam penanganan bencana. Pada kegiatan Lesson Learned kali ini, pihaknya memaparkan perjalanan program yang telah dijalankan selama lima tahun, khususnya dalam membangun kapasitas tokoh agama menghadapi ancaman, seperti gempa bumi, likuefaksi, dan tsunami.

Menurutnya, selama pelaksanaan DROFLERD-DRM, ratusan tokoh agama terlibat dalam upaya mewujudkan rumah ibadah aman bencana, memperkuat fungsi tanggap darurat, serta membentuk forum tokoh agama untuk bencana. Ia menjelaskan, rumah ibadah memiliki potensi menjadi tempat evakuasi saat krisis, namun harus tetap menjaga pemisahan antara prinsip ibadah dan prinsip kemanusiaan, agar dapat diterima semua umat.
“Kita tidak bisa berhenti di sini saja. Dengan keberadaan patahan Palu Koro, kami berharap hasil Lesson Learned ini memberikan pelajaran penting yang dapat direplikasi dan diperluas di wilayah yang sama,” ujarnya.

Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda Provinsi Sulteng, Fahruddin Yambas, menyampaikan apresiasinya terhadap upaya Islamic Relief Indonesia dalam mendampingi masyarakat selama masa pemulihan pascabencana. Ia menilai, program-program peningkatan kapasitas tokoh agama dan kegiatan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sangat relevan, mengingat Sulteng merupakan daerah yang rawan bencana.

Ia juga mengapresiasi terbentuknya kelompok-kelompok siaga bencana berbasis rumah ibadah, seperti Tim Siaga GPID Patmos Jono Oge, Tim Dharma Siaga Pura Jagatnatha, dan Tim Siaga Bencana Masjid Jami Al Hidayah. Menurutnya, keberadaan tim-tim ini menunjukkan, rumah ibadah mampu mengambil peran strategis dalam edukasi dan kesiapsiagaan kebencanaan di tingkat komunitas.

“Untuk itu, kami berharap para tokoh agama yang telah mengikuti edukasi kebencanaan dapat semakin memahami bahwa bencana adalah bagian yang tidak terelakkan. Edukasi kebencanaan harus terus dilakukan secara berkesinambungan,” ungkapnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Manajer Advokasi Global Islamic Relief Worldwide, Atallah FitzGibbon. AMR/JEF

Pos terkait