PALU, MERCUSUAR – Yayasan Islamic Relief membangun jejaring dan kerja sama dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), lewat Kick Off Workshop Bersama, Rabu (28/2/2024), di salah satu hotel di Kota Palu. Hal ini sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat dan rumah ibadah yang tangguh bencana.
Koordinator Islamic Relief Area Sulteng, Fahmi Rahmatna mengatakan, pelibatan tokoh agama dan rumah ibadah dalam penanggulangan bencana, telah dilakukan oleh Islamic Relief Indonesia sejak tahun 2013 di Nusa Tenggara Barat (NTB), lewat kegiatan pengurangan risiko bencana melalui pendekatan Channel of Hope (COH), dengan melakukan kegiatan penguatan kapasitas dan meningkatkan peran tokoh agama serta rumah ibadah, dalam mewujudkan rumah ibadah tangguh bencana.
“Belajar dari pengalaman dan praktik baik yang telah dilakukan di NTB, pada fase pascabencana 28 September 2018 di wilayah Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, terlihat tokoh agama memiliki peran yang sangat penting untuk ikut terlibat dalam mewujudkan ketangguhan daerah. Pada tahun 2020, Islamic Relief Indonesia bekerja sama dengan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BNPB dan para tokoh agama di Sulteng, menyusun modul penanggulangan bencana untuk tokoh agama Islam, Kristen Protestan dan Hindu, dengan materi kebencanaan berdasarkan perspektif agama masing masing,” jelasnya.
Hal ini kata dia, disambut baik oleh para pihak, terutama para pemamgku kepentingan di bidang kebencanaan dan para tokoh agama lainnya. Menindaklanjuti keberlanjutan dari proses tersebut, pada awal tahun 2024 melalui project “Deepening Role of Faith Leaders and Religious Places in Disaster Risk Management (DROFLERD)” bersama dengan Pusdiklat BNPB, Islamic Relief Indonesia kembali menyusun modul untuk tiga agama lain, yaitu Katolik, Budha dan Konghuchu.
Lanjut Fahmi, sebagai lanjutan dari workshop ini, Islamic Relief Indonesia, FKUB Sulteng dan BPBD sebgaai leading sector, bersama menerapkan kegiatan – kegiatan kebencanaan yang berfokus pada rumah ibadah, seperti kajian risiko bencana berbasis rumah ibadah, menyusun rencana aksi PB, membentuk tim PB rumah ibadah, serta melakukan kegiatan sosialisasi bencana melalui kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah ibadah, serta melakukan kegiatan latihan simulasi bencana di rumah Ibadah.
Ketua FKUB Provinsi Sulteng, Prof. Dr. KH. Zainal Abidin, M.Ag mengatakan, rumah ibadah semua agama harus aman dari bencana, agar umat beragama dalam melaksanakan kegiatan ibadah dan keagamaan di rumah ibadah, merasa nyaman.
Menurut Prof Zainal, upaya bersama mendorong implementasi pengembangan rumah ibadah aman dan tangguh terhadap bencana ini, diikutkan dengan penguatan sinergisitas antara FKUB Sulteng dengan Islamic Relief Indonesia, dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Ketua FKUB Sulteng, Prof Zainal Abidin dengan CEO Yayasan Islamic Relief Indonesia, Nanang Subana Dirja.
Melalui nota kesepahaman tersebut, FKUB Sulteng dan Islamic Relief Indonesia sepakat melakukan sosialisasi bersama mengenai peran tokoh agama dalam penanggulangan bencana, serta meningkatkan ketangguhan rumah ibadah. Kemudian, kedua belah pihak memberikan masukan dan implementasi dalam pengelolaan manajemen pengetahuan pengurangan resiko bencana berbasis rumah ibadah, serta berperan aktif dalam mewujudkan rumah ibadah yang aman bencana.
Kedua belah pihak juga sepakat membangun kelembagaan penanggulangan bencana di rumah ibadah, serta berperan aktif dalam mempersiapkan dan mengintegrasikan fungsi respons kedaruratan bencana, ke dalam kebijakan pelayanan rumah ibadah. */JEF